Aku telah melihat banyak janabijana sambil berjalan melewati gebyar gerbang kemegahan dunia. Bagai rangkaian bunga lavender semata. Tampak anggun dan indah ekspresinya, harum semerbak mewangi di taman kota-kota metropolis mercapada. Siapa pun pasti berdecak kagum memandang jauharnya, seolah nyata bagai okuler & orisinal.
Namun sayang, yang aku saksikan lagi lagi kepalsuan belaka. Coba Anda beli makanan kesukaan seekor kucing, Anda akan kagum melihat atraksinya menari-nari sambil perlahan mengibaskan ekornya dari satu sisi ke sisi lainnya.
Tetapi, jika Anda tidak memiliki apa pun untuk ditawarkan kepada seekor kucing, yakinlah kucing itu tidak akan mengenali kehadiranmu. Begitulah perangai teman palsu kerap hadir di tengah-tengah kita.
Terkadang menjadi antagonis, seperti fragmen dokter gigi vs pasien berikut ini: Salah seorang dokter gigi spesialis Prosthodonsia, baru saja memasang gigi palsu pada salah seorang pasiennya. Lalu giliran pasien membayar dokter gigi dengan uang palsu. Dokter gigi terperanjat kaget penuh emosional, “Kenapa uang palsu engkau berikan padaku”? Pasiennya lugas menjawab, “Karena Anda memberikan padaku gigi palsu”.
Dokter gigi menghimbau, “Kalau begitu, pekan depan Anda datang ke klinik ini lagi, saya akan pasangkan gigi ASLI 100 persen original”. “Gigi asli apa itu dokter?” Respons pasiennya. “Gigi Tedong,” canda, dokter gigi.
𝟏𝟑 𝐑𝐚𝐦𝐚𝐝𝐡𝐚𝐧 𝟏𝟒𝟒𝟓 𝐇