Oleh: Suf Kasman, Dosen UIN Alauddin Makassar
Hidup bahagia dapat dipastikan menjadi impian semua manusia. Ingin menikmati bulir-bulir kebahagiaan berkepanjangan, bukanlah sebuah khayalan atau mitos belaka.
Tapi, pilihan. Kebahagiaan tidak perlu diukur dengan angka-angka, apalagi hendak dibeli dengan 𝘮𝘰𝘯𝘦𝘺 𝘣𝘪𝘯 𝘧𝘶𝘭𝘶𝘴. Andai kebahagiaan bisa dihargai dengan duit, 𝘥𝘦’𝘯𝘢 𝘨𝘢𝘨𝘢 𝘵𝘢𝘸𝘢 𝘵𝘢.
Kebahagiaan pasti diborong semua Hartawan. Sekiranya kekayaan bisa membuat orang bahagia, Adolf Merckle, orang terkaya di Negeri Hitler Jerman, mustahil menubrukkan dirinya di kereta api diesel.
Bilamana kekuasaan dapat menjadikan orang bahagia, G. Vargas, Presiden Brazil, tidak mungkin mengarahkan bedil menembak 𝘬𝘢𝘳𝘥𝘪𝘢 jantungnya.
Sekiranya ketenaran bisa membuat orang bahagia, Michael Joseph Jackson, musisi legendaris dunia, mustahil minum obat tidur hingga overdosis.
Apabila kecantikan membuat wanita bisa bahagia, aku yakin Marilyn Monroe, seorang artis cantik kenamaan dari Negeri Paman Sam, tidak akan meminum alkohol dosis tinggi hingga 𝘰𝘷𝘦𝘳𝘴𝘢𝘬𝘢𝘳𝘢𝘵𝘪𝘭 𝘮𝘢𝘶𝘵.
Lantas, granula kebahagiaan itu seperti apa takaran kimiawinya? Kerap kita dengar orang lagi sumringah “Saat ini aku lagi bahagia 𝘣𝘳𝘰”. Atau “Sungguh bahagia sekali keadaanku hari ini, Serasa Ketiban Durian Runtuh. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan esensi bahagia yang ada di dalam hatiku”.
Sebab, kata-kata hanyalah jahitan kata demi kata. Manusia bisa mencipta 1001 kata-kata yang terangkai indah, tapi apa ada yang bisa mewakili 1001 suasana hati yg penuh bahagia? Satu-satunya cara meraih eloknya bahagia adalah merasakannya: Hidup penuh rasa syukur dan cinta kasih.