BONE, FAJAR–Sementara itu, Kepala Bidang Tanam Pangan Dinas Pertanian, Hortikultura dan Tanam Pangan Kabupaten Bone Abdul Rauf mengatakan total luas lahan baku sawah di Bone mencapai 118.975 hektare.
Pun kata dia masih cukup banyak persoalan yang dihadapi pertanian di Bone, selain benih, tingkat ketersediaan air juga menjadi hambatan.
Saat ini sekira baru 40 persen persawahan di Bone yang masuk area irigasi sisanya 60 persen adalah areal tadah hujan. Alhasil program IP400 atau program 4 kali tanam setahun yang digalakkan pusat hanya optimal di beberapa kawasan saja, ini membuat perkembangan pertanian di Bone stagnan.
Jika ini bisa dioptimalkan maka potensi pertanian ini bisa jauh lebih besar lagi. Saat ini tengah memasuki masa musim tanam gadu atau penanaman tanpa mengandalkan air hujan akibat kemarau.
Periode penanaman ini terjadi pada Oktober-Maret, mengandalkan kiriman hujan dari daerah-daerah barat seperti Bulukumba dan Barru
“Karena di sana musim hujan dan di sini musim kemarau. Jadi rata-rata luas tanamnya untuk Oktober-Maret adalah kurang lebih 80 ribu hektare (areal tanam gadu) dan itu mencapai 700 ribu ton capaian produksi,” ujarnya.
Jika ini ditambah dari hasil penanaman selama setahun produksi, bisa mencapai 1.097.000 ton dengan luas panen 143.000 hektare.
“Mudah-mudahan kita lihat suasana seperti ini untuk masuk bulan April. Artinya target 1 juta ini bisa terpenuhi, insyaallah bahkan kita bisa 1,1 juta ton atau 1,2 juta ton,” ujarnya.
Dengan harga gabah Rp6.500 per kg, panen sebanyak itu bisa membukukan transaksi hingga Rp7,1 triliun. Itu untuk wilayah Bone saja. (an/zuk)