Eefek domino dipengaruhi oleh beragam faktor, salah satunya adalah kondisi faktor fundamental suatu negara. Hal ini berkaitan dengan surplus atau defisit anggaran, keseimbangan perdagangan (trade balance), dan besaran utang yang diukur sebagai persentase terhadap Gross Domestic Product (GDP).
Efek domino juga terjadi karena faktor ekspektasi pelaku pasar. Dimana pelaku pasar berekspektasi bahwa pelemahan perekonomian di suatu negara akan berdampak pada pelemahan di negara lainnya. Investor kemudian mengalihkan investasinya ke negara lain, terjadi capital outflow yang menyebabkan depresiasi tajam nilai tukarnya.
Resesi di negara lain, terutama di negara maju, seperti Jepang dan Inggris dapat berdampak pada penyesuaian dalam penempatan portofolio investor di pasar uang dan saham yang ditempatkan di negara-negara Emerging Market Economies (EMEs).
Investor berperilaku home biased dengan mengutamakan instrumen keuangan di negaranya sendiri. Investor portofolio memindahkan investasi portofolionya ke negara asalnya meskipun ekspektasi pendapatan dari inevestasinya di EMEs lebih besar dibanding negara asalnya (Rogoff, 1998).
Realokasi portofolio yang dilakukan oleh investor besar diikuti oleh investor lainnya. Perilaku seperti ini disebut sebagai herding behaviour, yaitu keputusan seorang investor dipengaruhi oleh keputusan investor lainnya di dalam group. Keputusan investor tidak dilakukan secara independen.
Lalu, apakah resesi yang terjadi di Jepang dan Inggris akan menjalar ke Indonesia? Efek dominonya sangat tergantung pada besar kecilnya keterkaitan pasar uang dan perdagangan antara Jepang dan Inggris dengan Indonesia. Semakin kuat keterkaitan perekonomian antara negara maka efek dominonya akan semakin besar.