JAKARTA, FAJAR – Toleransi di internal muslim Indonesia kembali diuji. Awal Ramadan 1445 H kemungkinan berbeda.
Kementerian Agama (Kemenag) telah merespons adanya potensi perbedaan awal Ramadan 1445 H/2024 M ini. Lewat surat edaran, Menag Yaqut Cholil Qoumas, masyarakat diminta untuk tetap menjaga toleransi menyikapi potensi perbedaan tersebut.
Seperti diketahui PP Muhammadiyah sudah sejak awal tahun lalu mengeluarkan maklumat. Di antara isinya adalah awal puasa tahun ini ditetapkan jatuh pada Senin, 11 Maret. Muhammadiyah sudah bisa menetapkan awal puasa, karena menggunakan metode hisab.
Sementara itu NU selain menggunakan hisab, juga melakukan rukyat atau pengamatan hilal. Dari metode hisab, pada Minggu (10/3/2024) nanti, hilal memang sudah di atas ufuk. Tetapi, tingginya masih di bawah satu derajat.
Atas fakta itu, kecil kemungkinan untuk bisa dirukyat. Sehingga NU hampir dipastikan akan mengawali puasa pada Selasa, 12 Maret.
Perbedaan penetapan hari besar Islam itu, sama seperti tahun lalu.
Bedanya, tahun lalu perbedaan terjadi pada penetapan 1 Syawal atau Idulfitri. Tahun lalu Muhammadiyah dengan metode hisabnya menetapkan Lebaran jatuh pada 21 April. Sementara itu NU dan pemerintah menetapkan Lebaran jatuh pada 22 April. Sedangkan untuk awal puasa, tahun lalu serentak pada 23 Maret.
’’Umat Islam diimbau untuk tetap menjaga ukhuwah Islamiyah dan toleransi dalam menyikapi potensi perbedaan penetapan 1 Ramadan 1445 Hijriah/2024 Masehi,’’ kata Yaqut di Jakarta, Rabu (6/3/2024).
Dalam surat edaran menyambut Ramadan tersebut, isinya tidak hanya soal sikap terhadap perbedaan awal puasa saja.
Tetapi juga ada poin lain, terkait dengan panduan ibadah selama bulan puasa.