JAKARTA, FAJAR-Antara kesungguhan dan sekadar janji, memang tak bisa dibuktikan sekarang. Pun demikian dengan wacana revitalisasi Kawasan Mamminasata.
Kala berkunjung ke Makassar, Presiden Joko Widodo membawa janji-janji lama dan baru. Dari pembangunan Kawasan Mamminasata (Makassar, Maros, Sungguminasa [Gowa], Takalar, dan Pangkep) hingga pembangunan stadion.
Janji jelang mengakhiri masa jabatan yang tersisa tujuh bulan itu pun multitafsir. Kalau Jokowi benar serius, itu kabar yang baik bagi seluruh pihak di Sulsel. Namun karena janji itu pada akhir masa jabatan, bisa jadi merupakan janji manis untuk meredam isu nepotisme yang melandanya saat ini.
Apalagi janji yang dibawa seyogianya memang sudah tertuang ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) yang semestinya sudah dikerjakan dari awal masa jabatan Jokowi, namun justru diumbar kembali seolah-olah menjadi janji baru pemerintah.
Sampai saat ini pun pengembangan Mamminasata berdasarkan peta PSN belum juga rampung, dan akan menjadi keraguan proyek ini bisa diselesaikan dalam sisa masa tugas presiden.
“Janji pambangunan Jokowi itu jangan sampai berimplikasi sebagai statement peredam atau pembungkaman daya kritis masyarakat terhadap kepemimpinan Jokowi yang tetap urgen dipermasalahkan secara objektif,” kritik analis Komunikasi Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Aswar Hasan, kemarin.
“Pambangunan terkait PSN di Sulsel memang sudah menjadi hak pambangunan masyarakat yang seharusnya (tertuang dalam PSN). Justru janji-janji itu terlambat,” sambungnya.