oleh: Suf Kasman (Dosen Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Alauddin Makassar)
Di sudut salah satu warung kopi langgananku di kota ini, aku mencoba mengamati orang-orang yg datang beranjangsana.
Misinya sama yaitu ngopi sambil ๐ฎ๐ข๐ฏ๐ณ๐ฆ ๐ฃ๐ฆ๐ฑ๐ฑ๐ข ๐ฐ๐จ๐ช’.
Kudapati wajah-wajah asing datang bergerombol di kedai kopi.
Entah dari mana saja datangnya.
Termasuk Pak Menteri Pertanian, AAS ikut menghidupkan suasana pagi di warung kopi itu.
Tawa terselip di sela-sela percakapan satu sama lain sambil menikmati racikan kopi ๐ฎ๐ข๐ค๐ค๐ข๐ฏ๐ฅ๐ถ Daeng Nassa’.
Di samping-ku begitu, hebohnya melucu di depan handai tolannya. Terdengar suara lantang beriring tawa memekakkan telinga.
Aku kira robek ๐ฎ๐ช ๐ฌ๐ข๐ฑ๐ข๐ฏ๐จ dua gendang telinga-ku. Bahagia terlihat merebak.
Adalah warung kopi termasuk salah satu tempat โdiberkahi Tuhanโ di muka bumi ini.
Sebab, ketika disuguhkan secangkir kopi Toraja, tanpa dikomandoi oleh Tuan Kedai kopi. Pengelana kopi langsung menyebut Asma Allah (membaca ๐ฃ๐ข๐ด๐ฎ๐ข๐ญ๐ข๐ฉ).
Begitu selesai menikmati kopi panas, tetamu langsung mengakhiri ucapan ๐ฉ๐ข๐ฎ๐ฅ๐ข๐ญ๐ข๐ฉ. ๐๐ข๐ด๐บ๐ข ๐๐ญ๐ญ๐ข๐ฉ! Berkah..berkahโฆ!!
Di sini letak keberkahannya warung kopi.
๐บ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐-๐ต๐๐, ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐.
๐ซ๐๐ ๐จ๐๐๐๐ ๏ทป ๐๐๐
๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐-๐ต๐๐. QS. Ar-Ra’d: 28
Namun, di balik distrik berkah di warung kopi, kerap pengunjung membawa serangkai dosa, dan lempengan-lempengan kerak noda.
Kok bisa?
Iya, sebagian penikmat kopi ketika bertemu kawan sekimiawinya di warung kopi, langsung ๐ฎ๐ข๐ฑ๐ฑ๐ข๐ด๐ช๐ญ๐ฐ๐ญ๐ฐ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ฏ๐จ terus โ๐ด๐๐๐๐๐๐๐๐ riaโ.
Gosip dingin-gosip panas.
Menyala-nyala,
Membakar,
Menguliti.
Tuai beragam keburukan kerap menjadi tema hangat.