English English Indonesian Indonesian
oleh

Gorontalo, Petani Muda, dan Upaya Mengukir Masa Depan sebagai Lumbung Pangan Nasional

Potensi yang dilihat bahwa hasil panen seperti produksi padi di gorontalo sudah mencapai 249,71 ribu ton, serta panen jagung dan singkong yang mencapai 7,45 ton per hektar mengalami peningkatan. Melihat hal tersebut peningkatan produktivitas petani untuk mengolah hasil pertaniannya pun terlihat ke pasar global.

Keberhasilan ini diukir dengan kehadiran produk coklat Gorontalo di Jepang, yang dikenal dengan merek Otanaha dan dengan bangga memuat nama Gorontalo. Coklat Otanaha telah menarik perhatian pasar Jepang dan menjadi ambasador cita rasa lokal. Tidak hanya itu, pada akhir tahun lalu, Gorontalo juga berhasil memperkenalkan produk unggulannya di Prancis, meraih sukses yang luar biasa di pasar Eropa.

Menilik wacana Gorontalo sebagai lumbung pangan mencerminkan kearifan lokal. Praktik-praktik pertanian yang terjaga nilai-nilai tradisional seiring dengan perkembangan teknologi menunjukkan bahwa kemajuan tidak harus mengorbankan akar budaya. Ini adalah harmoni antara masa lalu dan masa depan. Inovasi dan teknologi mampu menjadi pendukung, bukan pengganti, untuk melestarikan warisan ini.

Tradisi “Taluwola to hulipo’, yaitu kebiasaan di masyarakat molamahu untuk menyimpan sebagian hasil panennya untuk cadangan stok pangan pada musim berikutnya. Secara adat masyarakat tidak diperbolehkan menjual semua hasil panennya, akan tetapi harus ada yang disimpan.

Namun, penting untuk menjembatani kesenjangan antara masa lalu dan masa depan, terutama dalam membangkitkan optimisme generasi muda. Menjadi petani bukan hanya soal cangkul dan lumpur, tetapi pintu gerbang menuju dunia inovasi pertanian modern. Teknologi terkini, seperti IoT (Internet of Things) dan pertanian berbasis data, membuka peluang baru dan membantu petani meningkatkan efisiensi produksi.

News Feed