Debat terakhir calon wakil presiden (cawapres) memberi banyak kejutan negatif. Selain belum membahas secara substantif tema yang diusung, juga lebih banyak menampilkan pembicaraan teknis dan provokasi emosi di antara para kandidat.
Akibatnya debat pada Minggu malam (21/1/2024) itu belum cukup berhasil menggali sejumlah isu pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, serta masyarakat adat dan desa yang menjadi tema debat.
Meski sempat membahas soal minimnya kepemilikan lahan petani, hilirisasi, konflik agraria, impor BBM hingga energi baru dan terbarukan, tampak para kandidat tidak berhasil menjelaskan secara utuh dan tuntas. Waktu banyak terbuang dan tersisa pada perdebatan yang tak perlu.
Apalagi salah satu cawapres termuda melakukan gerak tubuh yang dinilai kurang beradab dan ditujukan kepada lawan debatnya yang jauh lebih tua. Hasilnya, publik memberi respons negatif luar biasa tingginya kepada cawapres yang menunjukkan kurangnya etika di depan publik.
Debat capres-cawapres memang bukanlah penentu kemenangan, tetapi setidaknya menjadi rujukan bagi pemilih, akan dibawa ke mana negara ini jika kelak terpilih. Kitalah yang menentukan kemenangan itu melalui pemberian suara pada 14 Februari 2024 nanti.
Ambil langkah cerdas dengan menelusuri siapa tiga pasangan calon itu. Telusuri siapa mereka dan apa yang telah mereka persembahkan kepada negara. Cari tahu pula bagaimana perjalanan politik mereka sebelumnya. Karena apa yang akan mereka lakukan kelak, tentu tak jauh dari apa yang telah mereka kerjakan sebelumnya.