Oleh:Prof. Dr. Andi Ima Kesuma, M.Pd*
Sejarah direfleksikan untuk menanamkan nilai-nilai perjuangan. Terutama kepada generasi muda.
Setiap wilayah memiliki warisan nilai-nilai sejarah yang unik untuk diteruskan kepada generasi berikutnya. Ini termasuk kisah-kisah mengenai perjuangan nenek moyang, baik dalam mencapai kemerdekaan maupun mempertahankannya. Cerita-cerita semacam ini menjadi sumber kekuatan dan kebanggaan bagi generasi penerus yang menyadari bahwa para pendahulunya adalah pahlawan yang berjasa luar biasa.
Sejarah, baik sebagai narasi maupun kisah, memiliki makna penting dalam menggambarkan keheroikan bagaimana para pendahulu melawan penjajah, bahkan mengusir mereka. Dalam konteks ini, sejarah mampu memperkaya pemahaman publik lintas generasi tanpa harus terikat pada norma-norma sejarah akademis yang kaku. Namun, yang paling krusial adalah bagaimana nilai-nilai perjuangan tersebut diwariskan.
Perjuangan yang terjadi di berbagai daerah, baik untuk merebut kemerdekaan maupun mempertahankannya, merupakan satu-satunya peristiwa heroik dalam sejarah Indonesia yang menimbulkan kebanggaan di setiap daerah. Orang-orang yang terlibat dalam perjuangan ini diakui sebagai pahlawan, setidaknya di tingkat lokal atau kabupaten.
Peristiwa revolusi fisik pascaproklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi bagian krusial dalam sejarah. Masa kedatangan NICA di Indonesia pada 1945-1950 menciptakan perubahan mendasar, terutama dalam kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk perubahan ekonomi, sosial, politik, dan yang paling utama, deklarasi kemerdekaan Indonesia (Sigmun, 1957: 67).