English English Indonesian Indonesian
oleh

Reinterpretasi Perjuangan Rakyat Luwu (Bagian Pertama)

Sebagai warisan, simbol, dan pengetahuan, tujuan utama dari studi sejarah adalah untuk menghadirkan nilai-nilai. Hal ini sejalan dengan pendekatan filsafat sejarah pragmatis, di mana kajian sejarah dilakukan untuk mengeksplorasi nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa sejarah, yang dapat menjadi sumber inspirasi, motivasi, prinsip, atau pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini berlaku baik pada tingkat individu maupun sebagai anggota masyarakat, negara, atau bangsa (Daliman, 2017: 79).

Berkembang dari tujuan pragmatis belajar sejarah, genre penulisan sejarah telah berkembang hingga saat ini. Fenomena ini tidak terlepas dari upaya menghidupkan kembali tujuan masa lalu dalam tulisan, yang umumnya berfungsi sebagai warisan dan pengukuh identitas.

Dalam konteks ini, Taufik Abdullah dan Abdurrachman Surjomihardjo (1985) mengidentifikasi tiga jenis genre penulisan sejarah di Indonesia berdasarkan tujuannya.

Pertama, “sejarah ideologis,” menitikberatkan pada pencarian arti subyektif peristiwa sejarah, menggali makna bukan hanya sebagai pengetahuan masa lalu, tetapi juga sebagai lambang yang relevan untuk masa kini. Sebagai contoh, perjuangan rakyat Luwu di Sulsel bisa dianggap sebagai bagian dari sejarah ideologis ini.

Kedua, “sejarah pewarisan,” fokus pada kisah kepahlawanan perjuangan kemerdekaan dan dapat merinci refleksi perjuangan rakyat Luwu pada tanggal 23 Januari Tahun 1946. Jenis ini memperoleh pelajaran dari perjuangan patriot Indonesia demi mencapai kemerdekaan.

News Feed