English English Indonesian Indonesian
oleh

Tabayun

Apalagi mencari dan memverifikasi dan diperkuat dengan dukungan fenomena Echo Chamber, di mana pengguna media sosial berada pada lingkungan pertemanan yang berpikiran sama. Ditambah lagi algoritma media sosial telah mengatur agar pengguna media sosial berada dalam satu ruangan yang relevan dengan orientasi pengguna.

Media sosial menjadi tempat yang nyaman karena algoritma mengatur konten yang pengguna sukai.  Ketika  ada berita hoaks, seseorang bisa langsung mempercayainya karena  sudah menerima validasi berita hoaks dari teman dengan pemikiran serupa. Payah memang.

Di sinilah banyak orang tidak sadar atau teler setengah bahwa mereka menjadi agen penyebar berita bohong. Secara sosial dan agama tentu ini sangat berbahaya. Kita masih ingat  peristiwa Arab Spring seperti di Suriah, negara tersebut terkoyak-koyak dan hancur akibat berita hoaks di era post-truth yang terjadi dalam konflik politik antara rezim yang berkuasa Bashar Al Assad dengan kelompok oposisi.

Masyarakat Suriah terperosok ke dalam kubangan hoaks, tidak  melakukan klarifikasi dan verifikasi atas berita yang diterima (tanpa tabayun), melainkan mereka langsung menyerap mentah-mentah semua informasi di medsos yang cenderung mengadu-domba antara kelompok Islam Sunni dengan kelompok Islam Syiah. 

Sebagai masyarakat mayoritas penyebar hoaks, masyarakat Islam harus pandai menggunakan media sosial dengan menyebarkan berita yang mendamaikan hati dan menguatkan solidaritas sebagai anak bangsa yang tidak ingin dipecah belah oleh kepentingan sesaat dari segelintir manusia serakah akan kekuasaan yang  menghalalkan segala cara.

News Feed