Oleh : Dr H. Syamsunie carsel HR M.Pd
Akademisi Unimerz
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) lebih dikenal sebagai partai politik yang cenderung memiliki basis dukungan dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk non-muslim
Dalam dinamika politik Indonesia, PDIP dan suara Islam menjalin harmoni multikulturalisme, menciptakan landasan inklusifitas yang memperkaya keragaman pandangan dan aspirasi politik di tengah masyarakat. Kolaborasi konstruktif untuk menghadapi tantangan politik yang kompleks.
Meskipun demikian, berita tentang PDIP yang disebut-sebut tidak memerlukan dukungan suara dari kalangan muslim, dapat menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana inklusifitas tersebut dapat dipertahankan.
Padahal itu kabar tidak benar. Sehingga jal ini menekankan perlunya pemahaman mendalam terhadap dinamika politik yang senantiasa berkembang, serta kemampuan partai untuk tetap relevan dan memperkuat jejaring dukungan dari seluruh lapisan masyarakat.
Berita bahwa PDIP tidak memerlukan suara dari kalangan muslim, menunjukkan betapa pentingnya memerangi penyebaran informasi palsu dalam upaya memelihara harmoni multikulturalisme.
Lebih menariknya lagi, PDIP, sebagai satu-satunya partai politik yang memiliki masjid tersendiri di kompleks DPP PDIP. Hal ini menunjukkan komitmen nyata terhadap inklusivitas dan dialog antar agama.
Inisiatif ini memperkuat narasi kolaborasi konstruktif dan menciptakan pondasi yang kuat untuk menghadapi tantangan politik yang semakin kompleks, dengan melibatkan berbagai kelompok dan pandangan dalam masyarakat.
PDIP memiliki organ partai yang secara khusus mengurusi urusan umat Islam, yakni Baitul Muslim Indonesia (BAMUSI). Itu menunjukkan komitmen yang lebih mendalam terhadap memperhatikan kebutuhan dan aspirasi kelompok keagamaan.
Tindakan ini mencerminkan upaya konkret partai untuk menjalankan prinsip inklusivitas dan meneguhkan peran positif dalam memelihara harmoni multikulturalisme di tengah masyarakat yang beragam. (*)