English English Indonesian Indonesian
oleh

Damai dengan Moderasi Beragama

Oleh: Sulham Faudzil Adim*

Moderasi berarti tidak condong ke kiri dan kanan. Mengambil jalan tengah mewujudkan ketenteraman.

Belakangan ini, isu tentang moderasi beragama menghangat dan kontroversial. Sebagian orang menganggapnya bagian dari ajaran agama, namun ada juga yang menilainya sebagai proyek yang dilakukan oleh sekelompok orang yang berkepentingan.

Di dalam buku “Moderasi Beragama” yang dikeluarkan Kementerian Agama (Kemenag) 2019, moderasi beragama adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Latin “moderatio” yang memiliki arti “ke-sedang-an”. Dalam hal ini artinya sikap tidak berlebihan dan tidak berkekurangan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), moderasi memiliki dua arti: penghindaran terhadap kekerasan, dan penghindaran terhadap keesktreman. Orang yang moderat adalah yang mengedepankan keseimbangan, contohnya dalam hal beragama dan juga ketika berhadapan dengan masalah individu atau kelompok.

Dalam bahasa Arab moderasi disebut wasathiyah yang artinya di tengah-tengah. Istilah “wasit” yang sering kita dengarkan dalam pertandingan olahraga, itu diserap dari kata wasathiyah, sehingga tidak mengherankan jika seorang wasit selalu berada di tengah. Selain mengambil jalan tengah, salah satu pengertian moderasi adalah tidak berlebihan. Seseorang dengan sikap moderat tidak boleh menyikapi segala sesuatu dengan cara yang berlebihan.

Apa yang mengharuskan kita bermoderasi? Moderasi atau moderat adalah suatu sikap yang sangat penting karena mengambil sikap itu berarti kita tidak boleh condong ke kiri dan tidak pula condong ke kanan atau dengan kata lain moderasi adalah mengambil jalan tengah. Seseorang yang moderat, dituntut untuk memiliki moralitas yang tinggi karena orang yang moderat akan selalu bijaksana dalam menentukan suatu pilihan.

News Feed