Oleh: Moh Faizal Lupphy Sahab
Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Islam, IAIN Parepare
Di tengah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, media sosial telah menjadi alat komunikasi yang dominan dalam masyarakat modern. Keberadaannya menawarkan peluang dan tantangan, termasuk dalam konteks dakwah. Pertanyaan mendasar pun muncul: apakah memanfaatkan media sosial dalam dakwah benar-benar menjadi solusi atau malah menimbulkan dilema?
Solusi dalam Dakwah Melalui Media Sosial
- Jangkauan yang Luas dan Cepat.
Salah satu keunggulan utama media sosial adalah kemampuannya dalam menjangkau audiens dengan cepat dan luas. Kiriman atau konten dakwah yang di posting dapat dilihat oleh ribuan bahkan jutaan orang dalam hitungan menit. Ini memberikan peluang emas bagi pendakwah untuk menyampaikan pesan agama kepada banyak orang dengan efisiensi yang belum pernah ada sebelumnya.
- Interaksi yang Mendalam.
Media sosial memungkinkan dialog dua arah antara pendakwah dan audiens. Komentar, tanggapan, atau diskusi yang muncul bisa menjadi sarana untuk mendalami pemahaman agama, menjawab pertanyaan, atau bahkan merespon kritik. Hal ini menciptakan ruang yang dinamis dan inklusif bagi individu untuk berpartisipasi dalam diskusi keagamaan.
- Diversifikasi Konten Dakwah.
Media sosial menawarkan beragam format konten, mulai dari teks, gambar, video, hingga podcast. Ini memberikan fleksibilitas bagi pendakwah untuk menyampaikan pesan dengan cara yang kreatif dan menarik, sesuai dengan preferensi dan kebutuhan audiens.
Dilema dalam Pemanfaatan Media Sosial
- Informasi yang Tidak Benar atau Menyesatkan.
Kebebasan berekspresi di media sosial kadang-kadang memungkinkan penyebaran informasi atau interpretasi agama yang salah atau keliru. Hal ini bisa membingungkan masyarakat dan merusak esensi dari pesan dakwah yang sebenarnya.
- Ketergantungan Media Sosial.
Fenomena ketergantungan pada media sosial telah menjadi isu kesejahteraan mental yang serius. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di platform tersebut dapat menyebabkan gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan, dan gangguan tidur. Jika media sosial menjadi sarana utama dalam dakwah, ada risiko bahwa pesan agama menjadi terpinggirkan dan audiens lebih fokus pada platformnya.
- Kontroversi dan Polemik.
Media sosial sering menjadi ajang bagi perdebatan publik dan kontroversi. Pendakwah yang aktif di media sosial mungkin terlibat dalam polemik atau konflik yang tidak produktif, yang bisa mengalihkan perhatian dari esensi pesan dakwah.
Sebagai kesimpulan, memanfaatkan media sosial dalam dakwah memiliki potensi yang besar untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan interaksi dengan audiens. Namun, tantangan dan risiko yang melekat juga tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu, pendakwah perlu memanfaatkan media sosial dengan bijak, memastikan bahwa pesan dakwah tetap autentik, substansial, dan relevan dengan konteks masyarakat yang berubah. Selain itu, pelatihan dan pendidikan terkait etika dan integritas dalam bermedia sosial juga penting untuk menjamin bahwa dakwah melalui platform ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat.(*)