Fakta Sejarah
Sejak awal kemerdekaan golongan muda sudah berperan. Jadi apa salahnya jika anak muda sekarang diberi ruang untuk maju dan mengukir hal baru. Meskipun adanya perbedaan antargolongan muda dan golongan tua terhadap pelaksanaa proklamasi, ini juga tidak bisa lepas dari kebijakan golongan tua yang setuju dengan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
“Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”, sebuah kalimat legenda yang sempat dipekikkan oleh bapak bangsa, Bung Karno, tokoh pemuda saat itu. Banyak pemimpin di luar sana yang umurnya masih muda, tetapi sudah jadi pemimpin. Misalnya, Nayib Bukele, Presiden El Salvador yang terpilih sebagai presiden saat umurnya masih 38 tahun. Dia sukses mengubah negaranya dari yang paling tidak aman di dunia menjadi salah satu negara yang paling aman di Amerika Latin.
Ini sesuatu yang tidak pernah bisa dicapai para pendahulunya yang umurnya rata-rata lebih senior. Atau Jacinda Ardern, mantan Perdana Menteri yang menang pemilu dengan suara tertinggi sepanjang sejarah Selandia Baru yang ketika terpilih masih berumur 37 tahun.
Bahkan belum lama ini Chile dan Ekuador juga memilih presiden yang umurnya sama-sama masih 35 tahun. Yang mengatakan politik dinasti, justru istilah dinasti itu mestinya tidak ada di dalam demokrasi, karena syaratnya masih dipilih langsung oleh rakyat. Beda dengan Presiden Korea Utara Kim Jong-un yang jadi presiden karena meneruskan jabatan ayahnya.
Ketika kita memaksakan kalau anak muda tidak boleh jadi pemimin Negara, justru itu merupakan suatu kemunduran di dalam demokrasi negara kita. Semua orang punya hak dan kesempatan yang sama, semua orang berkesempatan tidak ada batasan seolah-olah hanya orang tua yang mampu. (*)