Komentar-komentar seperti ini sering kali didapatkan. Warganet (netizen) menilai Gibran yang tidak memiliki banyak pengalaman, dan tak sedikit mengatakan “bocah ingusan mau jadi cawapres, aduh bagaimana keadaan bangsa kita nanti”.
Sangat miris, bahkan 35 tahun saja masih dianggap anak-anak di negri tercinta ini. Apa bedanya usia 35 dan 45 tahun. Apakah 40 tahun bisa menjamin buat negara ini bisa lebih baik. Semuanya tidak harus diukur dengan umur. Apalagi sekarang mereka yang berusia tua saja, berperilaku cukup rendah. Biar pun umur 35 tahun kalau sudah siap dan mampu menjalani tanggung jawab ke depan, why not?
Hanya Angka
Usia hanyalah usia, tetapi jiwa yang penting. Bukan tentang tua atau muda, yang penting pengabdiannya. Seharusnya masyarakat maupun pemimpin mendukung hal tersebut. Anak muda mau mencoba, berusaha, dan mengukir hal baru di negeri ini. Kapan memberikan kesempatan generasi muda untuk maju ke depan, Gibran maju sebagai cawapres itulah salah satu cara mengangkat kaum pemuda sehingga menjadi Indonesia emas.
Anak muda itu harus berani mecoba dan tidak takut gagal. Sebagai pembaharu, mereka harus berani mengambil risiko. Anak muda selalu mau mencoba sampai berhasil. Jadi negeri ini itu butuh dikelola dan diperjuangkan oleh orang-orang yang punya keberanian dan kemauan untuk terus mencoba sampai berhasil. Satu-satunya pemuda di bawah umur 40 tahun yang punya kekuasaan untuk bisa melaju hanya Gibran.
Sebaliknya, banyak juga masyarakat yang mendukung Gibran, walapun hanya berpengalaman dua tahun sebagai Wali Kota Solo. Rata-rata pendukung Gibran adalah Generasi Z. Bnyak yang mengatakan Gibran cepat respons selama menjabat menjadi wali kota. Banyak perubahan yang terjadi di Kota Solo selama dia menjabat.