FAJAR, MAKASSAR-Guru Besar Universitas Al-Azhar Cairo, Prof Nasr Mohammed Arif menegaskan kelompok Islamisme harus mendahulukan masyarakat daripada negara, karena kelompok Islamisme telah membangun paradigma yang di mana negara lebih penting daripada masyarakat. Hal itu di sampaikan dalam kuliah umum yang di selenggarakan oleh Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, di ruang rapat senat, Kampus II UIN Alauddin, Kamis, 09 November.
Kuliah umum bertajuk “Turats dan tradisi literasi politik dalam lintasan sejarah intelektual muslim”, pemahaman politik sangat penting untuk dipahami secara maknawi melalui penelusuran referensi dan literasi politik yang berbasis sejarah intelektual Islam.
Lebih lanjut Prof Nasr Mohammed Arif mengatakan, fungsi pemerintahan Islam mesti memberi perlindungan bagi masyarakat dan menghadirkan kesejahteraan.
“Fungsi dari pemerintahan islam baik Khilafah dan sebagainya, pertama dapat memberikan pertahanan, kedua bagaimna sebuah negara tercipta kedamaian, yang ketiga penegakan keadilan, ke empat bagaimana Islam mampu memberikan perlindungan kepada masyarakat miskin,” ucapnya.
Lebih lanjut, pakar politik Islam itu menuturkan, aliran Islamisme yang muncul akhir-akhir ini membangun kesalahan berpikir bagi masyarakat.
“Kesalahan berpikir gerakan Islamisme mendahulukan negara di atas masyarakat, permasalahannya adalah kelompok Islamis sekarang seperti Ikhwanul muslimin dan HTI berinteraksi dengan turats fiqih siasah, yang menempatkan negara sebagai pengatur seluruh aktivitas masyarakat,” pungkasnya.
Ketua Prodi Ilmu Politik UIN Alauddin, Dr Awal Miqsith selaku moderator pada pertemuan tersebut mengatakan, negara sebagai minimalis state in Islamic, fungsinya dalam literasi politik Islam tidak terlalu ikut bercampur tangan untuk mengurusi seluruh aktivitas masyarakat.
“Negara dalam literasi politik Islam, bukan negara yang diadopsi dari Eropa yang dikontekskan dalam Islam, contoh istitusi Islam yang berhasil membangun masyarakat tanpa intervensi negara, ada di bidang waqaf untuk memberi jaminan sosial kesejahteran. Ironisnya paradigma kelompok Islamis sekarang diubah menjadi konsep negara yang bersifat powerfull,” pungkasnya. (ham)