MAKASSAR, FAJAR — Penyesuaian harga BBM jenis non subsidi yang mengalami penurunan pada 1 November 2023 diharapkan dapat memberikan dampak yang lebih baik lagi. Pakar ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas), DrAnas Iswanto Anwar, SE, MA menyebut jika turunnya harga BBM jenis Pertamax Series dan Dex Series menjadi indikator perekenomian yang positif.
“Saya pribadi mendengar turunnya harga BBM nonsubsidi adalah sebuah informasi yang sangat baik. Karena selama ini ada persepsi jika harga minyak dunia mengalami kenaikan, maka akan diikuti dengan kenaikan harga BBM. Sekarang kita lihat karena harga minyak dunia berfluktuasi juga diikuti dengan penurunan harga,” urainya, Rabu, 1 November 2023.
Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi Bisnis Unhas ini menyebut, Pertamax dan sejenisnya yang merupakan produk nonsubsidi jelas mengikuti mekanisme pasar. Dampak dari penurunan harga BBM nonsubsidi, kata Anas, diharapkan bisa mendorong peralihan dari pengguna subsidi ke nonsubsidi karena harga kompetitif.
Sekadar diketahui harga jual per liter BBM di wilayah Sulawesi Pertamax RON 92 yang tadinya Rp14.300 menjadi Rp14.000. Sementara Pertamax Turbo RON 98 Rp16.950 berubah menjadi Rp15.800, Dexlite CN 53 dari harga Rp17.550, menjadi Rp17.300, Pertamina CN 53 dari Rp18.250, menjadi Rp18.100. Khusus untuk BBM jenis Pertalite dan Solar tidak mengalami perubahan sama sekali.
“Diharapkan bisa menjadi efek domino dan berdampak ke sektor lainnya. Misalanya harga-harga yang selama ini tinggi karena dipengaruhi BBM bisa ikut terdampak atau ikut menyesuaikan harga,” harapnya.