Oleh: Marsuki
(Guru Besar FEB Unhas dan Komisaris Independen BSSB)
FAJAR, MAKASSAR — Melanjutkan tulisan sebelumnya, Propinsi Sulawesi Selatan dikenal sebagai daerah pusat investasi strategis di Kawasan Timur Indonesia (KTI), berkat beberapa kelebihannya.
Meski demikian, tampaknya masih ada beberapa sektor strategis belum mencukupi khususnya dalam upaya mendukung percepatan pembangunan investasi agar bisa lebih optimal pencapaiannya, di antaranya masih terbatasnya ketersediaan energi listrik yang dibutuhkan investor.
Persoalan energi sebenarnya menjadi persoalan bersama dunia yang harus diatasi, baik karena keterbatasan sumber energi fosil yang makin terbatas maupun akibat buruk yang ditimbulkan dengan penggunaan sumber energi tersebut terhadap perubahan iklim dunia yang semakin berbahaya bagi tatanan lingkungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya.
Sehingga hampir semua negara melakukan berbagai upaya untuk mengatasi persoalan energi terutama dampak buruknya terhadap perubahan iklim dunia, melalui kesepakatan di antara negara G20 dan Perjanjian Paris.
Tujuannya, mencegah kenaikan suhu bumi lebih dari 1,5 derajat celcius agar kondisinya tidak semakin buruk akibat berbagai kemungkinan terjadinya bencana baru selain yang dialami selama ini.
Salah satu solusi utama, melalui shifting atau pindah dari penggunaan energi fosil ke energi baru terbarukan. Secara teknis, energi baru terbarukan menghasilkan emisi karbon sangat minim bahkan bisa tidak ada.
Sehingga dianggap upaya tersebut dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, baik akibat terbatasnya sumber energi konvensioanl dan terutama dampak buruk perubahan iklim yang sangat merugikan manusi dan mahluk hidup lain.