Mengenai stabilitas harga, inflasi tampaknya mempunyai tren yang stabil. Walaupun ada volatilitas yang cukup, terutama dua tahun terakhir pasca Pandemi, bergerak dalam kisaran 3,5 hingga 5,7 persen.
Uniknya, sempat melandai pada periode Pandemi, dalam kisaran 2-3 persen. Tapi kemudian naik signifikan sejak awal pasca Pandemi 2021 hingga sekarang, mencapai lebih 5 persen melampaui target dari otoritas. Masalahnya, inflasi diperkirakan akan naik hingga akhir tahun 2023, di antaranya akibat musim pancaroba atau kemarau (El Nino dan La Nina).
Terkait kemiskinan ekstrem terlebih dahulu perlu mengetahui tren perkembangan kemiskinan secara umum. Perkembangan tingkat kemiskinan di Sulsel sejak September 2019 hingga September 2022, trennya mengalami penurunan lemah, antara 8,87-8.66 persen.
Pada September 2018 tingkat kemiskinan 8,87 persen, sempat turun menjadi 8,53 persen pada September 2019, tapi meningkat kembali pada September 2020 menjadi 8,99 persen saat puncak Pandemi.
Setelahnya, sempat turun pada September 2021 menjadi 8,53 persen, tapi kembali naik September 2022 jadi 8,66 persen, terus meningkat 8,70 persen pada Maret 2023.
Pola tren perkembangan kemiskinan ekstrim (absolut) tampaknya mengalami penurunan cukup berarti dibanding tren volatilitas penurunan tingkat kemiskinan secara umum. Secara nasional kemiskinan ekstrim bergerak menurun antara 3,7-2,4 persen selama periode 2019-2022, kemudian ditarget menjadi 1,8 persen tahun 2023 dan 0,6 persen pada tahun 2024.
Dalam kasus Sulsel tren perkembangan tingkat kemiskinan ekstrem tampaknya mengikuti pola tren perkembangan kemiskinan ekstrim nasional yang cendrung turun dalam kisaran rata-rata 3,5-2,7 persen, kecuali di beberapa kabupaten masih ada lebih tinggi.