Tidak lama kemudian, datanglah bala bantuan Pattimura. Ia lalu menolong keduanya, dan membakar benteng pertahanan Belanda itu.
Perang pun terjadi lagi. Kali ini pasukan Belanda sudah lebih banyak, ditambah lagi Benteng Dusteerd yang dikuasai Pattimura turut diambil oleh Belanda.
Hal ini disebabkan karena adanya pengkhianatan antara kepala sekolah Maluku yang berkerja sama dengan Belanda. Pasukan pejuang pun berperang dengan gigih dan tangguh
Di tengah pertempuran, pasukan pejuang kehabisan peluru. Mereka terpaksa mundur ke Pegunungan Ambon. Mereka menggunakan batu untuk melawan Belanda.
Saat Belanda mengetahui hal tersebut, mereka langsung menyergap para pejuang. Akhirnya para pejuang berhasil ditangkap.
Mereka dibawa ke Ambon dengan kapal. Martha ditangkap bersama ayahnya. Di sanalah mereka menemukan para pejuang Maluku ditangkap.
Belanda telah memutuskan agar Paulus dihukum mati dengan cara ditembak. Banyak yang menerima hukuman gantung, tapi Martha dibebaskan karena terlalu muda yaitu 18 tahun.
Martha sangat sedih. Sekarang nasib Maluku ada di tangannya. Akhirnya ia memilih untuk memakai strateginya sendiri. Tapi ia terlihat cemas dan gugup.
Saat Belanda melakukan pemeriksaan, Martha melawan. Ia pun ditangkap dan diasingkan ke Jawa Timur di tambang timah.
Saat berada di kapal, Martha tidak ingin makan dan minum. Ia pun jatuh sakit. Awak kapal menawarkan obat, tapi ia tolak. Martha pun wafat pada 1819 menjelang dua hari menuju ulang tahunnya yang ke-19. Jasadnya pun ditenggelamkan dengan hormat. (*)