Olehnya itu, mabrurnya haji seorang muslim terwujud dalam berbagai aktivitas, khususnya dalam lingkungan sekitarnya. Terwujud kepedulian untuk membantu sesama, karena hubungan yang perlu dijaga selain hubungan kepada Allah SWT, juga hubungan kepada sesama mahluk. Agar terwujud mahluk sosial dengan kepedulian yang lebih tinggi untuk bisa membantu sesamanya.
“Ini yang perlu diwujudkan adanya kepedulian dan ringan tangan dalam membantu sesamanya. Selain berwujud kepedulian, juga dalam perannya mampu menghadirkan kedamaian dengan senantiasa menebar salam,” bebernya.
“Kalau kita mampu menebar salam itu akan menciptakan kedamaian. Dengan senantiasa bertutur kata yang lembur dan berucap yang baik,” ucapnya.
Katanya, yang dilakukan ini semata untuk meningkatkan kualitas diri, dengan begitu setiap muslim usai menjalankan ibadah haji dapat menjadi teladan dalam kehidupan masyarakatnya.
“Ada komitmen yang harus dibangun untuk menjaga keharmonisan hidup di tengah masyarakat, dengan begitu akan terbentuk suri teladan dalam kehidupan bermasyarakanya, tentunya dengan komitmen untuk menjaga keharmonisan, mengaktualisasikan kepatuhan,” bebernya.
Kepatuhan disini dijelaskan yaitu patuh terhadap segala larangan-larangan dalam syariat, patuh dan taat dalam melaksanakan ibadah.
“Seperti kepatuhan menjaga larangan ihram, ini kan ada hikmah tentunya dalam setiap larangan-larangan ihram itu,” urainya.
Dengan adanya peningkatan kualitas diri, maka dalam diri juga akan terwujud tanda kemambruran haji.
“Diantara tanda kemabruran haji adalah melakukan amal-amal kebaikan atau a’mal al-birr, sebagaimana disebutkan dalam surat al-Baqarah : 177, ada 6 jenis amal kebaikan. Barangsiapa yang menyempurakan enam amal ini maka dia telah menyempurnakan kebaikan,” urainya.