LAPORAN dari MINA: Sakinah Fitrianti B
MAKKAH, FAJAR– Jemaah haji mengikuti rangkaian mabit di Mina sejak 10 Zulhijjah hingga 13 Zulhijah untuk melaksanakan lontar jumrah di Jamarat. Melontar jumrah ini dilakukan di Kota Mina dengan melontarkan batu kerikil yang sebelumnya diambil di Musdalifah sebanyak 49 batu kerikil untuk nafar awal, atau mereka yang berada di Mina sejak 10 Zulhijjah hingga 12 Zulhijjah dan untuk jemaah yang berada di Mina hingga 13 Zulhijjah akan melempar batu kerikil di jamarat sebanyak 70 batu kerikil yang dilakukan setiap hari dimulai tujuh batu kerikil pada hari pertama untuk jamarat aqabah dan 21 batu kerikil di hari kedua dan ketiga untuk jumrah ula, ustwa dan aqabah.
Aktivitas melontar jumrah ini memerlukan kesanggupan fisik. Lantaran jaraknya yang harus ditempuh dengan berjalan kaki dari maktab jemaah atau tenda jemaah ke lokasi jamarat, sebutan tempat untuk melontar jumrah. Jarak yang ditempuh sekitar empat kilometer paling dekat dari maktab jemaah Indonesia hingga belasan kilometer sekali jalan melewati dua terowongan mina.
Lansia pun sejak awal diminta untuk tidak memaksakan diri untuk melempar jumrah. Lantaran dikhawatirkan fisiknya tidak mampu untuk berjalan jauh. Tak sedikit jemaah lansia yang terjatuh hingga pingsan di sepanjang jalan menuju jamarat. Lantaran jaraknya yang cukup jauh dan dipenuhi sesak dengan jutaan jemaah lain.
FAJAR pun bersama tim dari Media Centre Haji yang turun di sepanjang area jamarat banyak mendapati jemaah yang pingsan dan tak kuat lagi melanjutkan perjalanan. Sehingga harus dituntun dan dibantu. Apalgi mereka juga terpisah dari rombongannya. Aktivitas ini merupakan rangkaian ibadha haji yang cukup berat dilalui oleh jemaah. Fisiknya akan terkuras sebab harus menempuh perjalanan belasan kilometernya setiap hari. Belum lagi apabila mereka tidak tahu kembali ke tendanya. Akan menambah jauh jarak perjalanannya.