English English Indonesian Indonesian
oleh

Dari Gemuruh Laut Timur, Unhas Hadir untuk Indonesia

(Menyambut Dies Natalis Ke-67 Unhas)

OLEH: Nurhayati Rahman, Guru Besar Unhas

Nama Hasanuddin disematkan pertama kali oleh presiden Soekarno dalam salah satu lawatannya di Makassar, ketika wacana pembentukan universitas mulai bergulir. Maka pada tanggal 28 Januari 1956 berdirilah Universitas Hasanuddin (Unhas) yang diresmikan oleh wakil presiden Muhammad Hatta.

Hasanuddin (12 Januari 1631 – 12 Juni 1670) adalah raja Gowa ke-16 yang nama lengkapnya Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape, dan bergelar Sultan Hasanuddin setelah diangkat menjadi raja Gowa. Ia dikenal sebagai tokoh pemberani dengan armada lautnya yg sangat kuat,  sehingga ia menjadi salah satu imperium kerajaan maritim terbesar di Nusantara  yang cukup disegani. Sultan Hasanuddin melawan dengan gigih Belanda dan mengacaukan route-route perdaganan Belanda yang menyulut peperangan yang panjang hingga lahirnya Perjanjian Bongaya. Karena itulah ketika Indonesia merdeka Sultan Hasanuddin dikukuhkan sebagai pahlawan Nasional.

Sultan Hasanuddin juga memberi tempat pada perbedaan dengan memfasilitasi berbagai suku bangsa di dunia untuk membuka cabang perwakilan dagang di kompleks benteng Somba Opu.  Itulah yang dikenal dengan Loji Perancis, Loji Portugis, Loji Melayu, loji Arab, Loji Cina dan sebaginya. 

  Di zamannya pula sekelompok komunitas Wajo yang bermukim di kota Makassar diberi kebebasan untuk berlayar dan berdagang antar pulau di Nusantara. Komunitas itu dipimpin oleh seorang Matoa yang bernama Amanna Gappa.  Dialah yang mengkodifikasi dan menyusun undang-undang pelayaran dan perdagangan Amanna Gappa. Undang-undang itu spiritnya didasarkan pada kearifan masa lampau orang Bugis yang memang telah ada sejak zman dahulu yang dihafalkan secara turun-temurun.   Undang-undang itu didasarkan atas dasar kerjasama, saling membantu, senasib dan sepenanggungan di atas perahu. Struktur dan managemen perahu yang dibangun di atas perahu diadopsi dari sistem tata kelola pemerintahan kerajaan di daratan. Pemimpin tertinggi adalah punggawa, yang terbagi dua yaitu punggawa besar (pemilik modal), dan punggawa kecil yang bertugas di atas perahu sebagai nakhoda. Para awak perahu disebut sawi. Punggawa perahu adalah pemimpin tertinggi di perahu yang bertugas mengatur hubungan antar sawi dan pedagang. Para penumpang semuanya pedagang, dan para pedagang itu juga semuanya menjadi sawi di kapal. Sawi yang direkrut dan bertugas di perahu di sebut sawi tetap dan para pedagang yang merangkap sebagai sawi disebut sawi tidak tetap. Para pedagang itu membantu sawi tetap dalam menjalankan perahu dan mengatasi masalah yang timbul di atas perahu.  Mereka berlayar dari pulau ke pulau dan setiap pulau yang disinggahi di situ pulalah pedagang turun menjajakan dagangannya. 

B. F.Matthes (1878) menuliskan bahwa hubungan antara punggawa-sawi didasarkan pada nilai kesetiakawanan  yang mengikat mereka. Punggawa menganggap sawi sebagai anaknya,  yang  bertanggungjawab untuk mengayomi dan meghidupinya. Sawi mengimbanginya dengan kesetiaan yang luar biasa: 

“Tittiq i punggawaku titti tokkaq,  lumpangngi punggawaku lumpang tokkaq, na ajjakamma letteq punggawakaq nalebbi jaq na”. 

Apabila punggawaku miring maka miring pulalah aku, apabila punggawaku terbalik maka terbalik pulalah aku, semoga aku tidak pindah punggawa, alangkah jahatnya itu”.

Ternyata gelora laut seperti apa yang disebutkan di atas  bukan hanya berlangsung pada abad 17 M, tapi   jauh sebelumnya, tradisi maritim itu telah berlangsung sejak abad ke-10 M setelah ditemukannya huruf lontaraq yang kemudian budaya maritim pun dituliskan dalam berbagai manuskrip. Salah satu di antara peninggalan tertulis itu adalah La Galigo. 

La Galigo dianggap sebagai warisan literasi masyarakat Bugis yg sangat spektakuler. Berdasarkan ribuan halaman manuskripnya dan jumlah baitnya yang mencapai 300.000 La Galigo menyalib seluruh karya kebudayaan dunia lainnya, seperti Mahabarata dan Ramayana dari India dan sajak-sajak Homeros dari Yunani. Itulah yang  mengukuhkannya sebagai karya sastra terbesar dan terpanjang di dunia, hingga ditetapkan oleh UNESCO sebagai Memory of the World pada tahun 2011.

Hampir semua episode La Galigo bercerita tentang laut, yang diperankan oleh para tokohnya.  Bahkan dalam tradisi lisan La Galigo melalui tokoh utamanya Sawerigading digambarkan ia mengembara di laut Nusantara dan membangun imperium kerajaan laut di daerah yang disinggahinya, lalu lahirlah kerajaan-kerajaan maritim khususnya di Indonesia Timur. Karena itulah almarhum prof. Mattulada menyebutkan bahwa Sawerigading adalah sumber permersatu dan perekat integrasi bangsa di Nusantara. 

Petualangan laut tokoh-tokoh dalam La Galigo bukan saja untuk berlayar dan berdagang, tapi juga untuk mencari jodoh yang sepadan, mencari pengalaman baru, dan mencari  ilmu terutama pengetahuan tentang tata cara pengelolaan kerajaan dengan baik. Melalui petualangan laut  itulah tokoh-tokonya diuji ketangguhan dan kemampuannya baik dalam menaklukkan alam maupun ancaman dari sesama manusia di laut. Apabila telah melewati ganasnya alam, menaklukkan musuh-musuhnya di laut,  mempersunting pujaan hatinya, dan memperoleh pengetahuan baru,  barulah ia kembali dan dilantik menjadi raja.

Selanjutnya, menurut  pandangan kosmogoni masyarakat Sulsel seperti yang tertuang dalam La Galigo, manusia memandang dunia ini bersusun tiga, yaitu Boting Langit, kerajaan langit tempat dewa-dewi berkuasa,  Ale Kawaq/Ale Lino berada di tengah,  tempat manusia beraktifitas,  dan Buriq Liung, dunia bawah atau  dasar laut yang juga dihuni oleh para dewa Dewi.

Perkawinan antara dewa dari dunia langit dan dewi dari dunia bawah laut, itulah yg melahirkan manusia yang menghuni dunia tengah. Karena itu menurut pandangan masyarakat Sulsel,  dunia yang dihuni oleh manusia berada di tengah-tengah, yang diapit oleh dunia atas dan dunia bawah, sehingga fungsi manusia di muka bumi ini adalah untuk menjaga keseimbangan di antara oposisi-oposisi. Oposisi di antara dirgantara dan laut, melahirkan tradisi maritim yang kuat. Manusia juga berfungsi untuk menyeimbangkan suara dari atas dan suara dari bawah. Inilah yang melahirkan bentuk pemerintahan tradisional demokrasi, yang menurut Prof. Zainal Abidin, satu-satunya bentuk kerajaan di dunia yang tidak didasarkan atas pemaksaan dan penaklukan adalah daerah Bugis. Pemerintahannya dibangun melalui kontrak sosial antara raja dan rakyatnya, yang menurut Prof. Zainal Abidin inilah kontrak sosial tertua di dunia jauh melampaui Barat.

Manusia sebagai makhluk sosial, diharuskan menjaga keseimbangan relasi dan interaksi antara  berbagai gender pada masyarakat  yang harus diperlakukan setara dan seimbang secara adil, baik laki-laki, perempuan, maupun jenis gender lainnya.

Di samping itu, manusia juga harus mampu menjaga keseimbangan antara hak-hak individu dan hak-hak sosial.

Demokrasi, relasi gender, dan hak-hak asasi manusia, merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Sulsel yang kini telah menjadi  isu dunia yang telah mendapatkan pengakuan pada warga dunia melalui PBB.

Apa yang telah diuraikan di atas menggambarkan bagaimana  sejarah maritim bagi masyarakat Sulsel telah kuat mewarnai kehidupan budaya dan peradabannya dan telah berlangsung lama. Sultan Hasanuddin menjadi symbol perjuangan, perlawanan, melalui pelayaran, perdagangan, persenjataan dan kekuasaannya yang meliputi hampir semua wilayah Indonesia Timur  hingga dikukuhkan sebagai kerajaan maritim terkuat pada abad pertengahan.

Atas semangat itulah para pendiri Unhas memilih Hasanuddin sebagai ikon perguruan tinggi yang berbasis di Makassar agar semangat Hasanuddin dan kerajaan maritim masyarakat Sulawesi selatan dapat menjadi inspirasi dalam membentuk karakter civitas akademika. Melalui semangat ini pula diharapkan luaran-luarannya bisa diperhitungkan dalam percaturan hidup bermasyarakat baik di tingkat nasional maupun di dunia global yang semakin kompleks.

Melalui ikon Hasanuddin dan budaya maritime masyarakat Sulsel itulah maka visi Unhas dijabarkan sebagai: Pusat unggulan dalam pengembangan insani, ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya berbasis benua maritim.

Makassar, 15  April 2023

News Feed