Ayam petelur tidak produktif pada usia 72 hingga 80 minggu. Salah seorang peternak telur ayam ras di Kabupaten Gowa, Suyuti, menuturkan harga telur ayam di tingkat peternak di lepas harga Rp46 ribu hingga Rp48 ribu.
Menurutnya, kenaikan tersebut disebabkan empat faktor. Pertama, mulai dilakukan regenerasi indukan ayam pada akhir Ramadan lalu. Peternak mengurangi populasi 10 hingga 15 persen indukan lantaran sudah afkir. Selain itu, cuaca panas menyebabkan produksi ayam telur menurun 3 hingga 5 persen.
“Juga ada bansos Bappenas untuk program stunting, stok telur ayam (banyak) ke sana,” ujar Suyuti.
Selain itu, harga pangan juga menjadi salah satu faktor pendorong kenaikan harga telur ayam. Semua faktor tersebut menyebabkan biaya produksi meningkat, namun regenerasi ayam menjadi faktor utama.
Secara nasional, produksi telur mencapai 6.117.905 ton. Sedangkan populasi ayam petelur (layer) secara nasional sebanyak 407.980.418 ekor. Kemudian di Sulsel, produksi telur mencapai 210.302 ton. Populasi ayam petelur (layer) di Sulsel sebanyak 14.024.276 ekor.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan dinamika harga telur ini harus dilihat dari berbagai sisi. Menurutnya, harga telur tidak terlepas dari upaya menjaga keseimbangan dan harga yang wajar.
“Beberapa bulan terakhir usaha pemerintah memang untuk menyiapkan harga yang wajar di tingkat peternak, pedagang, dan konsumen,” ujar Arief. (mil/dir)