Lanjut Sukri, sejatinya untuk bisa mendapat legitimasi NU, Sandiaga tak perlu hengkang dari Partai Gerindra. Sebagai politikus muda, Sukri melihat Sandiaga pintar melihat kesempatan peluang dan memanfaatkan peluang sebaik mungkin untuk mempermudah jalannya untuk maju sebagai cawapres.
“Jika masih berada di Partai Gerindra, kesempatan Sandiaga menjadi cawapres terbatas. Sebab untuk dapat diusung sebagai cawapres Sandiaga harus mendapatkan persetujuan dari Prabowo. Saat ini besar kemungkinan anggota partai koalisi akan mengajukan kandidat cawapres. Peluang ini yang benar-benar dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh Sandiaga. Sehingga langkah Sandiaga pindah partai bisa ditafsirkan sebagai langkah pragmatis dan oportunis,”ucap Sukri.
Lalu siapa sosok yang berpeluang besar mendampingi Ganjar? Jika dibandingkan dengan Sandiaga, Sukri melihat Erick berpeluang sangat besar untuk dapat mendampingi Ganjar. Jika nantinya PDI Perjuangan ingin membangun koalisi, maka partai pengusung akan mengajukan kandidat cawapres.
Jika partai pengusung mengalami kebuntuan, Sukri menilai sosok Erick berpeluang besar dipinang oleh partai koalisi yang nanti menjadi mitra koalisi PDI Perjuangan. Ini dikarenakan Erick merupakan sosok yang netral, tidak pragmatis, tidak oportunis dan tidak pernah mengusung politik identitas. Ditambah lagi Erick juga merupakan figur cawapres yang berasa dari luar Jawa yang berpotensi mampu meningkatkan perolehan suara Ganjar.
“Sebagai anggota Banser dan menduduki jabatan sebagai Menteri BUMN, figur Erick bisa dianggap sebagai sosok yang merepresentasikan nasional religius. Dan karakter seperti ini yang sesuai dengan keinginan PDI Perjuangan. Nasional religius tidak hanya pada kerangka partai politik atau berasal dari anggota parpol tertentu.