FAJAR, MAKASSAR-Tradisi lisan merupakan salah satu kebudayaan yang masih terjaga di masyarakat. Tradisi lisan sebagai kebudayaan mengandung segala aspek kehidupan yang ada di masyarakat. Ruang lingkup aspek kehidupan yang ada di tradisi lisan beragam jenisnya.
Seperti yang tim bina desa kemahasiswaan Fakultas Ilmu Budaya Unhas lakukan di Desa Barana, Kecamatan Bangkala Barat, kabupaten Jeneponto, Selasa, 21 Maret 2023. FIB mendokumentasikan sebuah tradisi lisan berjenis musik gammbusu tradisional dari komunitas Maradekkayya.
Dosen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Unhas, Burhan Kadir yang juga Ketua Tim Bina Desa mengatakan, tradisi budaya atau tradisi lisan selalu mengalami transformasi akibat perkembangan zaman dan akibat penyesuaiannya dengan konteks zaman.
Kehidupan sebuah tradisi pada hakikatnya berada pada transformasi itu karena sebuah tradisi tidak akan hidup kalau tidak mengalami tranformasi.
Dalam budaya atau tradisi lisan yang mengalami tranformasi terdapat inovasi akibat persinggungan sebuah tradisi dengan “modernisasi” atau akibat penyesuaiannya dengan konteks zaman.
Kemampuan penyesuaian tradisi budaya atau tradisi lisan dengan modernisasi atau konteks zaman merupakan kedinamisan sebuah tradisi. Begitu pula dengan musik gammbusu yang kami temukan di Desa Barana ini. Selain alatnya musik gammbusu yang menyerupai gitar modern, juga maestronya tidaknya hanya mempunyai kemampuan membawakan lagu-lagu daerah berbahasa Makassar tapi juga mampu membawakan lagu dangdut kekinian namun tetap dengan petikan-petikan musik gammbusu.
Dosen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya, Firman Saleh yang menjadi pemateri pada kegiatan bina desa ini mengatakan bahwa, persoalan mendasar sebuah tradisi lisan adalah kepunahan, maka hilanglah salah satu budaya lokal masyarakat pemiliknya.
Sebab salah satu ciri kepunahan tradisi lisan dapat dilihat dari usia pelakonnya di atas 50 tahun dan tidak ada regenerasi. Untuk itu, diperlukan saluran penguat identitas lokal yang mewadahinya dan perhatian dari pemerintah.
Untuk itu, sangat perlu upaya untuk merevitaslisasi tradisi lisan tersebut. Salah satu bentuk revitalisasi tahap awal adalah pendokumentansian sebuah tradisi lisan.
Akan tetapi, sepertinya pada tradisi lisan musik gammbusu pada komunitas maradekayya di desa barana ini ada titik terang bahwa tradisi ini akan lebih lama bertahan dan lestari. Karena ada proses pewarisan yang dilakukan oleh generasi tua kepada generasi muda dalam hal ini seorang pemain musik gammbusu kepada anak laki-lakinya yang baru duduk di kelas 6 sekolah dasar. “Harapan kita semua adalah pewarisan kemampuan ini bisa menular semangatnya pada generasi muda lainnya untuk memelajari kekayaan budaya kita ini,” ucapnya.
Kegiatan bina desa mahasiswa ini adalah program dari Bidang Kemahasiswaan dan Akademik Universitas Hasanuddin Direktorat Kemahasiswaan dan Penyiapan Karir untuk Semester Akhir Tahun Akademik 2022/2023. Melibatkan 20 orang mahasiswa dari 10 program studi strata satu yang ada di Fakultas Ilmu Budaya Unhas.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan peran serta mahasiswa sebagai agent of change dalam menerapkan konsep pemberdayaan masyarakat melalui tim kerja yang bersifat kolaboratif untuk membantu masyarakat dalam menggali potensi, permasalahan, kebutuhan dan solusi yang di masyarakat desa.
Bina Desa Mahasiswa ini pula melibatkan tiga orang dosen dari Departemen Arkeologi Andi Muh Syaiful yang mendampingi mahasiswa melakukan pendokumentasian, dari Departemen Sejarah Andi Lili Evita dan Andi Inayah Soraya dari Departemen Sastra Inggris dan kegiatan ini di koordinatori lansung oleh Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Budaya Mardi Adi Armin. (*)