OLEH : Sukardi Weda, Guru Besar UNM & WR bidang Akademik dan Kemahasiswaan Kalla Institute
Sulsel Kekurangan Penerus JK, Alwi Hamu dan Aksa Mahmud. Demikian salah satu judul tulisan di Harian Radar Makassar, Kamis, 23 Februari 2023, yang menyoroti minimnya minat masyarakat Sulawesi Selatan untuk berentrepreneurship atau berwirausaha masih minim. Lebih lanjut disebutkan sesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa dari total jumlah penduduk yang bekerja di Sulsel yang jumlahnya mencapai 4,35 juta orang, 33,15 persen diantaranya bekerja sebagai buruh atau karyawan/pegawai.
Ada kecenderungan generasi muda di Sulsel untuk menjadi pegawai ASN dan karyawan di perusahaan, ketimbang menjadi pengusaha. Padahal sesungguhnya menjadi pengusaha sukses justru dapat membuka dan memberikan lapangan pekerjaan kepada para pencari kerja, terutama kepada para alumni Perguruan Tinggi, yang tidak sedikit diantaranya menjadi penganggur intelek.
Sulawesi Selatan adalah gudangnya para pengusaha besar. Di provinsi ini, telah lahir sejumlah pengusaha yang dapat mewarnai pertumbuhan ekonomi dan juga pembangunan bangsa ini yang perusahaannya tersebar di sejumlah tempat di Indonesia. Sebut saja ada Jusuf Kalla atau JK, yang bahkan pernah menjabat Wakil Presiden Republik Indonesia dua periode, ada Alwi Hamu, yang juga pengusaha sukses di bidang media serta ada pula Aksa Mahmud dengan sejumlah unit bisnisnya yang tentu memberikan lapangan pekerjaan kepada para pencari pekerjaan. Ke-3 pengusaha sukses tersebut, saya menyebutnya tiga serangkai pengusaha sukses Sulsel dari masa ke masa dan akan diuraikan secara ringkas tentang sepak terjang ketiganya.
Diawali dari Perusahaan Kalla Group. Kalla Group merupakan kelompok usaha terbesar di Kawasan Timur Indonesia dan telah berumur 71 tahun dengan kendali usaha berpusat di Gedung Wisma Kalla, Makassar, Sulawesi Selatan. Kalla Group yang saat ini mengelola delapan bidang usaha dengan 24 sub-unit bisnis dipimpin oleh Solihin Kalla yang sekaligus sebagai CEO Kalla Group.
Tidak hanya bergerak di bidang bisnis, Kalla Group juga memperluas pengabdiannya untuk bangsa dengan merambah ke dunia pendidikan, yakni mendirikan sejumlah sekolah, mulai dari TK, SD, SMP, dan SMA di bawah bendera Athirah dan bahkan pada 2019 lalu Kalla Group juga mendirikan Perguruan Tinggi yang diberi nama Institut Teknologi & Bisnis Kalla (ITB Kalla) atau lebih dikenal dengan Kalla Institute yang berlokasi di Kampus Kalla Institute Lt. 5 dan 6 NIPAH Park, Jl. Urip Sumoharjo Makassar, Sulawesi Selatan.
Berikutnya adalah Harian Fajar. Harian Fajar adalah sebuah surat kabar harian yang terbit di Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Surat kabar ini termasuk dalam usaha Jawa Pos Group. Kantor pusatnya terletak di Kota Makassar. Kantor pusat surat kabar ini berada di Gedung Graha Pena FAJAR di Jl. Urip Sumoharjo No. 20, Makassar. Publik perlu tahu bahwa Graha Pena adalah salah satu gedung pencakar langit dan sangat monumental di Makassar yang dibangun pada tahun 2002. Koran ini pertama kali terbit tahun 1981 dan kini telah berumur 43 tahun.
Harian ini merupakan induk dari banyak telur, seperti Ujung Pandang Ekspres, Berita Kota Makassar, Timor Ekspress, Ambon Ekspress, Kendari Ekspress, Radar Buton, Radar Bone, Radar Sulbar, Palopo Pos, Pare Pos, Radar Bulukumba, Rakyat Sulsel, Radar Makassar, dan lain – lain. Harian Fajar besutan Alwi Hamu, awalnya hanya mengandalkan tiga wartawan, yaitu Abun Sanda, Aidir Amin Daud, dan Hamid Awaluddin. Abun Sanda pernah menjabat jabatan strategis di Kompas Group, Aidir Amin Daud, pernah menjabat Direktur Tata Usaha Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum pada Kemenkum dan HAM RI pada tahun 2007 dan kini menjabat guru besar di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, dan Hamid Awaluddin, yang juga guru besar pada Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin dan sempat menjabat Duta Besar Indonesia untuk Federasi Rusia pada tahun 2008 – 2011 dan sebelumnya menjabat Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu pada tahun 2004 – 2007, Beliau juga dikenal publik sebagai salah satu tokoh kunci perdamaian Aceh bersama dengan JK.
Ada pula Bosowa yang menjadi besutan Aksa Mahmud. Bosowa atau Bosowa Corp adalah perusahaan induk atau holding company dari berbagai bidang usaha atau bisnis yang dikelola oleh Bosowa Corp, yang awal berdirinya bergerak di bidang perdagangan umum, pada tahun 1973 yang didirikan oleh Aksa Mahmud.
Saat ini, Bosowa Corp mempunyai beragam unit bisnis, seperti otomotif, semen, logistik, transportasi, property, pertambangan, jasa keuangan, media, energy, infrastruktur, pendidikan tinggi, dan usha – usaha lainnya. Bosowa Corp baru saja merayakan Goldern Anniversary-nya yang ke-50 tahun, yang diperingati dengan sangat meriah di Phinisi Point Mall (PiPo), Tanjung Bunga Makassar, pada Jumat, 24/2/2023, yang dihadiri langsung oleh Sang Pendiri Bosowa Corp, Aksa Mahmud dan dihadiri oleh para petinggi dan karyawan Bosowa Corp.
Tiga Pengusaha Sukses Sulsel tersebut, Jusuf Kalla (JK), Alwi Hamu (AH), dan Aksa Mahmud (AM) patut dijadikan role model bagi para calon wirausahawan (entrepreneur) muda Sulsel, karena kesuksesan mereka dalam merintis dan menjalankan usaha patut pula diacungi jempol.
Tiga pengusaha tersebut, turut mewarnai pembangunan bangsa Indonesia, khususnya pembangunan di Sulawesi Selatan, baik dari sisi infrastruktur maupun supra struktur, karena mampu menghadirkan banyak usaha dan usaha atau core – core bisnis tersebut menampung ratusan bahkan ribuan tenaga kerja. Inilah sumbangsih ril dari tiga pengusaha itu untuk turut andil dalam pembangunan bangsa ini sebagai perwujudan amanat yang diamanahkan oleh para pendiri (founding fathers) bangsa ini.
Tidakkah publik, terutama generasi muda bangsa ini, terutama yang ada di Sulawesi Selatan tertarik untuk menjadi wirausahawan (entrepreneur) sehingga tidak hanya dapat mengumpulkan pundi – pundi rupiah tetapi juga dapat menuai pahala jariah dari berbagai unit bisnis yang ditekuni karena dapat memberikan pekerjaan kepada ratusan bahkan ribuan orang.
Dalam buku berjudul “Seni Berbisnis Jusuf Kalla: Memadukan Spiritualitas, Profesional dan Kearifan Lokal,” yang terbit pada Oktober 2022 oleh Penerbit Salman ITB atas kerjasama Tim Penulis dari Asosiasi Masjid Kampus Indonesia (AMKI) dan Kalla Institute disebutkan “Apa sebenarnya tujuan JK dalam berbisnis? Dalam pidatonya pada Strategic Meeting KALLA di Bali tahun 2013, beliau berujar, “Jika keluarga kami ingin kaya raya maka kami tidak akan mendirikan perusahaan. Lebih baik kami beli tanah karena harganya terus naik.”
Dalam kesempatan lain, Beluau juga berujar, bahwa jika hanya ingin kaya “Lebih baik saya jual semua perusahaan saya.” Menurut JK dalam mengurus perusahaan setiap hari keluarganya berhadapan dengan masalah, mereka tidak selalu menemui kondisi yang menguntungkan. “Kami mendirikan perusahaan karena ingin memberi pekerjaan kepada banyak orang. Lebih penting bagi kami ingin berkontribusi membangun negeri.”
Dalam menjalankan roda perusahaan, senantiasa menjadikan tradisi dan nilai – nilai luhur yang diteladankan Haji Kalla dan Hajah Athirah kepada Jusuf Kalla antara lain adalah kejujuran, kesederhanaan, kekeluargaan, kebersamaan, kedermawanan, ketegasan, dan disiplin. Di Kalla juga ada nilai – nilai Kalla yang senantiasa dipegang teguh para karyawan, baik dalam lingkungan kantor maupun di luar kantor, yaitu iman dan takwa, integritas (kejujuran), dan profesionalitas.
Di Kalla Group, kerja adalah ibadah, nilai ini adalah yang paling fundamental dan mendasari tiga nilai lainnya, yaitu iman dan takwa, integritas, dan profesionalitas. Iman dan takwa, yakni selalu yakni Allah bersama – samanya dalam segala aktivitas, sehingga senantiasa optimis dan mematuhi ketentuan Allah sebagai ibadah untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, melalui implementasinya: meniatkan segala aktifitas sebagai ibadah; berhati – hati dalam bekerja, yakin Allah selalu mengawasinya; dan meyakini jika keberhasilan dan kesuksesan adalah karunia dari Allah (Salim Rusli, dkk., 2022).
Oleh karena itu, maka setiap rapat di Kalla Group, diawali dengan doa dan di akhir rapat juga ditutup dengan doa. Nilai berikutnya adalah integritas, yaitu kesesuaian antara pikiran, perkataan, dan perbuatan (jujur) secara konsisten dan senantiasa menaati, serta berani, tidak kompromi dengan penyimpangan/pelanggaran peraturan perusahaan dan pemerintah, yang implementasinya melalui: Selalu berperilaku jujur; selalu menaati setiap peraturan dan kebijakan yang berlaku; berani mencegah penyimpangan/pelanggaran; tidak bohong dan memanipulasi data; dan tidak melakukan kecurangan dan mengambil yang bukan haknya (Salim Rusli, dkk., 2022).
Profesional juga menjadi nilai yang dijunjung tinggi di lingkungan Kalla Group, profesional adalah bekerja dengan ihlas, antusias, cerdas, seksama dan akurat berdasarkan kompetensi terbaik, dengan amanah dan penuh tanggung jawab serta komitmen tinggi, untuk menghasilkan karya terbaik, dan implementasinya adalah: Amanah, iklas, pantang menyerah dan komitmen terhadap tugas; memberikan kemampuan terbaik; bekerja sesuai standar yang ditetapkan; dan bertanggung jawab (Salim Rusli, dkk., 2022).
Perlu publik pahami bahwa negara maju minimal penduduknya berprofesi sebagai pengusaha dan Indonesia, penduduknya yang menjadi pengusaha baru berada di kisaran 3,8 persen, bahkan negara maju ada yang mencapai 12 persen dari populasinya adalah pengusaha sukses.
Melihat Indonesia masih saja tergolong negara pinggiran (periphery) bila ditinjau dari aspek isu dan teori pembangunan, maka sepantasnyalah Pemerintah atau pengambil kebijakan di bidang pendidikan mengambil langkah strategis dan taktis untuk mewarnai kurikulum pendidikan, baik di tingkat sekolah menengah maupun di Perguruan Tinggi, dengan materi – materi terkait dengan wawasan kewirausahaan (entrepreneurship), sehingga mindset para siswa, mahasiswa, dan alumni lembaga pendidikan, bukan hanya bercita – cita menjadi ASN tetapi juga menjadi wirausahawan.
Untuk menghasilkan alumni yang memiliki wawasan kewirausahaan (entrepreneurship) sekaligus untuk menjadi pengusaha dalam rangka memenuhi minimal 4 persen penduduk negeri ini adalah wirausahawan, maka sejumlah lembaga pendidikan tinggi memiliki visi berbasis kewirausahaan.
Salah satu Perguruan Tinggi yang memiliki visi untuk melahirkan wirausahawan handal melalui visi-nya “Menjadi perguruan tinggi unggul dalam pengembangan kewirausahaan berbasis teknologi yang inovatif berlandaskan moral agama pada tahun 2034,” adalah Kalla Institute.
Kalla Institute yang mengelola 4 program studi memiliki misi: Menyelenggarakan Pendidikan Tinggi dengan tata kelola yang baik, ditunjang Teknologi Informasi dan Sistem Manajemen Mutu; Melaksanakan Penelitian Terapan dan Pengabdian, dalam Bidang Bisnis dan Teknologi, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; Membangun sumber daya manusia yang berkarakter insan KALLA, berjiwa kepemimpinan dan kewirausahaan yang berbasis teknologi. Adapun ke-4 program studi yang ada di Kalla Institute yang dapat menjadi tujuan calon mahasiswa yang ingin menjadi pengusaha sukses adalah: Sistem Informasi, Kewirausahaan, Manajemen Retail, dan Bisnis Digital. (*)