OLEH : Nurul Ilmi Idrus
Banjir melanda Sulawesi Selatan dan delapan wilayah yang berdampak adalah Kabupaten Maros, Selayar, Bulukumba, Barru, Sidrap, Gowa, Wajo, dan Kota Makassar. Angin kencang, hujan deras, air pasang bersahut-sahutan membuat genangan air dimana-mana dan berhari-hari karena peresapannya terbatas. Seperti biasanya alam yang selalu jadi kambing hitam, padahal banyak faktor lain yang juga berkontribusi secara signifikan terhadap tergenangnya sejumlah wilayah di Sulawesi Selatan.
Laode Syarif, dosen Hukum Lingkungan Unhas, secara spesifik melontarkan kritikan atas banjir yang melanda Kota Makassar. Beliau tidak melihat banjir tersebut semata karena faktor alam (curah hujan dan air pasang), tapi juga faktor non-alam yang meliputi reklamasi Pantai Losari (kali ini Pantai Losari meluap dan airnya menggenangi daerah sekitarnya), kualitas dan ketidaktaatan pada rencana tata ruang wilayah (RTRW), lahan basah dan ruang terbuka hijau (RTH) yang semakin terbatas karena berubah menjadi ruang-ruang beton, drainase yang tidak mamadai dan tidak terawat, dan prilaku masyarakat yang tidak peka lingkungan. Ulasan yang bernada kritikan tersebut memang tak mengenakkan telinga, tapi dapat dijadikan sebagai bahan introspeksi diri (baca:PR) dan bahkan dapat menimbulkan kreativitas untuk penyelesaian masalah. Beliau tak sekedar mengeritik, tapi beliau juga mengajak sipitangarri (urun rembuk). So, calm down!
Kreativitas memang dapat muncul kapan, dimana, dan dalam berbagai situasi, dan itu bisa dari sesuatu yang sederhana hingga sesuatu yang spektakuler ataupun kompleks. Banjir kali ini menimbulkan berbagai kreativitas dan dapat dilihat pada berbagai postingan di media-media sosial.
Ada yang membuat postingan petunjuk jalan yang arahnya kemana saja (kiri, kanan, depan, belakang) banjir. Ada yang menganggapnya sebagai sebuah “keberuntungan” karena untuk berenang, ia tak perlu ke kolam renang karena rumahnya sudah jadi kolam renang. Ikan-ikan tak kalah kreatifnya dalam menikmati banjir karena mereka bisa berenang tanpa batas, baik itu ikan laut, ikan tambak, maupun ikan hiasan.
Banjir juga dapat membuat orang menjadi kreatif dengan postingan-postingan yang romantis. Misalnya, sambil menatap keluar jendela, ia mengenang pacarnya dengan membuat status: “Hujan mengingatkanku padamu, baju dan pakaian dalam yang terlanjur basah”. Pertemuan ini membuat keduanya “basah-basahan”. Yang lain membuat status: “Gerimis, ingat mantan; hujan, ingat kenangan; banjir, ingat Tuhan. Memang ketika kita ditimpa musibah, kita cenderung mengingat Tuhan, yang sebelumnya kita sering abaikan, bahkan lupakan.
Dalam situasi genting kreativitas seorang bapak tua muncul dalam upayanya menyelamatkan diri dari banjir. Saking kreatifnya, ia menanggalkan celana dalamnya dan menaikkan sarungnya hingga ke pinggang.. Ia berhasil menyelamatkan celana dalam dan sarungnya dari kebasahan, dan memamerkan kemaluannya.
Dalam suatu postingan makassar_info dinyatakan bahwa demi menghadapi cuaca ekstrim ini, Walikota menghimbau OPD-nya untuk siaga dan warga mewaspadai banjir. Ini dikomentari oleh netizen dengan memosting status yang menghimbau Walikota untuk segera turun dari jabatannya. Ironisnya, ada postingan foto Walikota sedang memegang piala adipura di tengah banjir yang sedang melanda Kota Makassar.
Kreativitas lainnya terkait dengan plesetan slogan. Misalnya, “Dua Kali Tambah Bagus”, menjadi: “Dua Kali Tambah Banjir”; “Semua Tambah Bagus” menjadi “Semua Tambah Banjir”. Plesetan lagu tak kalah kreatifnya. Lagu yang berjudul “Sepanjang Jalan kenangan” berubah menjadi “Sepanjang Jalan Genangan”, yang salah satu baitnya adalah sebagai berikut:
Sepanjang jalan genangan,
drainase hanya angan-angan
Sepanjang jalan genangan,
kita nda pulang-pulang
Hujannya satu hari, banjirnya kayak gini
Itulah Makassar Kota Dunia
It’s creativity in the middle of flooding!