Nahdlatul Ulama (NU) hari ini genap 100 tahun atau satu abad. Berdasarkan penanggalan Hijriah, ormas Islam terbesar di Indonesia itu lahir pada 16 Rajab 1344. Jika mengikuti penanggalan Masehi, maka seharusnya usia satu abad jatuh tiga tahun lagi yakni pada 31 Januari 2026. Oleh karena itu, rangkaian peringatan satu abad NU sudah berlangsung beberapa bulan sebelumnya. Adapun hari ini merupakan puncak peringatan, tepat 16 Rajab 1444 Hijriah yang dipusatkan di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Dengan demikian, maka NU sebagai sebuah jam’iyah diniyah sudah berdiri sebelum Indonesia terbentuk menjadi negara Republik berdaulat. Tentu saja, NU terang benderang sangat berperan penting dalam setiap fase perjalanan bangsa ini. Sejarah perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia, perjuangan mempertahankan kemerdekaan, menjaga persatuan, mengisi kemerdekaan, serta menjalankan roda pemerintahan, senantiasa beriringan dengan eksistensi NU yang bukan hanya ada secara struktur organisasi, tetapi juga kulturnya mengakar hingga ke pelosok negeri ini.
Pencapaian usia satu abad ini dimaknai sebagai momentum melompat lebih tinggi memasuki etape abad kedua, tahap kebangkitan baru. Hal tersebut tampak dengan jelas pada tema perayaan, “Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru”. Tema ini berpijak pada Hadis Nabi Saw yang bersumber dari Abu Hurairah, RA bahwa tokoh pembaru akan lahir setiap kelipatan satu abad alias 100 tahun. Sesungguhnya Allah mengutus kepada umat Islam, setiap seratus tahun, seorang yang memperbarui untuk mereka (interpretasi) ajaran agama mereka. (HR Abu Daud).
Hari ini, jutaan orang dari berbagai daerah di Indonesia akan tumpah ruah di Sidoarjo, khususnya di Stadion Gelora Delta Sidoarjo sebagai pusat peringatan. Peserta terdaftar saja sudah menembus angka dua jutaan orang, belum termasuk warga sekitar Surabaya dan Jawa Timur, bahkan sepanjang Pulau Jawa bertemu, menyambung silaturahmi keagamaan dan kebangsaan. Sebagai lazimnya, tak hanya peserta terdaftar saja yang akan memeriahkan acara, melainkan juga rombongan penggembira.
Pada akhirnya, penting mengingatkan kembali betapa kerasnya upaya dan konsistensi NU membangun bangsa ini sejak 100 tahun silam. Membangun dan memajukan dunia pendidikan melalui pesantren; berjuang merawat tradisi, dan mengembangkan Keislaman Nusantara; Islam yang khas Indonesia. NU hari ini adalah NU yang sejak puluhan tahun lampau mewarnai perjalanan Indonesia. Itu sebab jika NU kuat berjaya, maka Indonesia akan lebih maju dan sejahtera. Bangkit untuk bangsa dan agama. Mari hadapi bersama tantangan berat ke depan. Selamat 100 tahun NU. (^^)