FAJAR, MAKASSAR-Harian FAJAR memasuki usia ke-41. Banyak tantangan yang telah dihadapi. Di era digital ini pun tantangan makin besar, sehingga menuntut inovasi agar tetap tumbuh.
Malam tadi, FAJAR mengadakan zikir dan doa bersama di Lantai 4 Gedung Graha Pena, Makassar. Dihadiri direksi hingga karyawan.
Direktur Utama FAJAR, HM Agus Salim Alwi Hamu mengatakan, pada usia ke-40 kemarin, FAJAR diterpa badai Covid-19. Di tengah tantangan FAJAR bersama tim membenahi agar media ini tetap survive. “Kini Fajar memasuki usia ke-41. FAJAR harus terus tumbuh. Makanya semangat kita adalah tumbuh di era digital,” ujar Ketua PWI Sulsel ini.
Dia mengatakan, dengan tumbuhnya di era digital ini mau tidak mau harus bersaing dengan teknologi. Karena itulah, FAJAR berbenah dan berhijrah ke era digital, tetapi tidak melupakan Koran sebagai basisnya.
“E-paper FAJAR hanya membantu pertumbuhan perusahaan ke arah digital karena di e-paper banyak halaman yang tidak ada di koran cetak. E-paper juga bisa dibaca oleh masyarakat luas, selama ada jaringan,” katanya.
Dengan digital ini, kata dia, semangat militansi harus ditumbuhkan. Tidak ada lagi tim yang tidak ter-upgrade skillnya. “Tagline FAJAR kedepan adalah tumbuh di era digital,” jelasnya.
Komisaris Utama FAJAR Muhammaf Ridwan Arief, mengatakan, pandemi telah berakhir namun dampaknya masih ada. Seperti badai, ketika berlalu masih punya bekas. Olehnya itu, sumber daya manusia (SDM) harus terus berbenah.
“Tantangan ini membuat kita perlu terus upgrade SDM. Hal ini perlu agar tetap eksis dipembaca, redaksi perlu menambahi wawasan, pengetahuan, kira-kira informasi apa yang diperlukan untuk masyarakat,” ungkapnya.
Pembina FAJAR, Syamsu Nur menuturkan, di usia ke-41, FAJAR sudah dewasa, sudah mampu mengelola bisnis ini dengan baik sejak 1 Oktober 1981. “Masa sekarang FAJAR harus lebih banyak melihat ke depan. Boleh melihat ke belakang tapi hanya 10 persen, karena di belakang pemandangan sudah mulai kabur. Tapi, 90 persen harus melihat ke depan karena yang di depan semakin cerah, dan masih banyak hal baru yang perlu dibenahi,” ungkapnya.
Kuncinya kata dia, imperium untuk memperkuat organisasi adalah kebersamaan. Segala macam guncangan datang dari luar, dan untuk itulah harus tetap membangun kebersamaan. “Karena kebersamaan itulah kekuatan yang paling ampuh menghadapi serangan dari luar. Kita memiliki kemampuan itu,” bebernya. (mia/*)