“Sekarang gratis, gas bisa dipakai masak kapan saja,” ujarnya.
Makanya, saat sejumlah warga resah setelah pengumuman harga gas naik, Haeruddin dan tetangganya tenang-tenang saja. Selama ternaknya masih menghasilkan kotoran, gas akan terus mengalir ke dapurnya yang dialirkan melalui pipa kecil.
Kampung Haeruddin memang menjadi sasaran program Yayasan Hadji Kalla (YHK) dalam mengenalkan biogas. Tak hanya di Desa Simbang, Desa Sambueja juga mendapatkan program serupa dari YHK tahun lalu. Kedua desa di Kabupaten Maros ini menjadi percontohan Program Kampung Iklim (Proklim).
Perluas Wilayah
YHK kemudian mengembangkan Proklim yang dimulai dari Maros menjadi Kampung Hijau Energi di beberapa daerah. Program Corporate Social Responsibility (CSR) unggulan ini menyasar empat daerah, di antaranya Kabupaten Gowa, Kabupaten Bone, Kabupaten Wajo, hingga Takalar.
Kalla Group melalui YHK memang fokus mendorong energi terbarukan melalui Kampung Hijau Energi ini. Targetnya bisa mengedukasi masyarakat terkait energi baru dan terbarukan. Jika mengandalkan energi fosil, pasti akan habis.
Apalagi saat ini dunia heboh setelah harga minyak dunia naik selangit. Harga gas juga ikut-ikutan tak terkendali. Pemicunya, dampak perang Rusia-Ukraina. Rusia merupakan pengekspor gas terbesar di dunia. Jika negara yang dipimpin Vladimir Putin itu terisolasi karena hukuman perang, otomatis pasokan gas dunia tersendat.
Kalla melalui YHK sudah mengantisipasi itu sejak jauh-jauh hari. Makanya, Kampung Hijau Energi sangat diterima masyarakat. Sebab gas akan terus mengalir, gratis pula. Apalagi potensi biogas sangat besar. Berdasarkan data Dinas Peternakan Sulsel, daerah ini memiliki populasi sapi 1.461.457 ekor.