FAJAR, MAKASSAR — Tanjung Bunga menjadi bukti betapa jeniusnya Lippo Group membangun kota mandiri. Kawasan ini jadi rebutan investor.
Martono (45) menjadi saksi kemajuan Tanjung Bunga saat ini. Pria yang berprofesi sebagai ASN itu mengenang kehidupan di Tanjung Bunga 20 tahun lalu. Saat itu ia masih kuliah. Dia sering mengunjungi kawasan kumuh tersebut.
Saat itu, Tanjung Bunga hanya kawasan pesisir. Sangat kumuh dan sebagian besar wilayahnya rawa-rawa. Martono tak melihat masa depan cerah saat itu.”Dulu kawasan ini kumuh sekali,” kenang Martono saat ditemui di Pantai Akkarena, Senin, 1 Agustus.
Kawasan Tanjung Bunga saat itu belum terkoneksi dengan wilayah Kabupaten Gowa dan Takalar. Belum ada infrastruktur jalan, satu-satunya akses saat itu menggunakan hanya perahu. Akses terdekat warga Barombong yang ingin ke Pantai Losari harus menggunakan perahu.
Namun itu hanya masa lalu, kini kawasan permukiman seluas 1.000 hektare ini menjadi kota metropolitan. Pria asal Parepare itu mengaku takjub atas perkembangan kawasan yang dibangun anak usaha Lippo Group, PT Gowa Makassar Tourism Development (GMTD) tersebut.
“Luar biasa sekali Tanjung Bunga, kawasan ini kota masa depan Makassar dan Gowa,” sanjungnya.
Martono tak menyangka Tanjung Bunga bakal maju seperti sekarang. Dia menyebut pengembang kawasan ini sangat cerdas. Mampu melihat peluang, bahkan kawasan kumuh sekalipun bisa bernilai investasi yang sangat mahal.
GMTD mulai mengembangkan kawasan Tanjung Bunga pada 1991. Saat itu, Pemprov Sulsel, Pemkot Makassar, dan Pemkab Gowa memberikan kewenangan pengelolaan lahan seluas 1.000 hektare.