MAKASSAR, FAJAR — Sekretaris Dirjen Pendidikan Vokasi Kemdikbud, Wartanto, mengatakan teknologi menjadi tantangan dalam perkembangan pendidikan saat ini. Sesuai Visi Indonesia 2045, yang memfokuskan sumber daya manusia (SDM) pada peningkatan digitasi, otomasi, dan artificial intelligence (AI).
“Kelak teknologi di masa depan, akan mengalahkan teknologi saat ini. Tahun ini saja sudah banyak otomasi dan AI, bagaimana dengan tahun 2024. Mungkin tenaga manusia sudah digantikan robot. Kalau sekarang tidak kembangkan teknologi, SDM kita bisa kalah ke depan,” tegas Wartanto saat memberikan kuliah tamu di Aula STIFA (Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi) Makassar, Senin, 18 Juli.
Selain mengembangkan potensi hardskill dan softskill, SDM juga harus memiliki karakteristik. Dalam kedudukan pendidikan Indonesia, dimensi moral memiliki tempat penting. Sebab mencerdaskan kehidupan bangsa tidak hanya fokus teknologi yang tinggi. Tetapi juga menciptakan manusia yang memiliki budi pekerti (watak, akhlak mulia) yang sangat penting untuk kehidupan dalam bermasyarakat.
“Mahasiswa harus menguasai teknologi, tetapi harus memiliki karakter juga. Jika perilaku dan moral tidak ada, buat apa sekolah tinggi,” tekannya.
Ketua Yayasan STIFA, Sahibudin A Gani, menyebut tidak hanya mahasiswa yang dibekali hardskill, softskill, dan pendidikan karakter. Dosen juga turut dibekali.
“Kita sangat memelihara moralitas. Mahasiswa STIFA sebagian besar perempuan. Jadi moralitas dijunjung tinggi. Sangat rentan terjadi hal menyimpang. STIFA sangat kita jaga. Betul-betul dicegah segala tindakan tidak terpuji,” kuncinya. (mia/yuk)