English English Indonesian Indonesian
oleh

Menguak Makna Simbolis Lampion Imlek, Bertahan hingga Kini

MAKASSAR, FAJAR–Lampion atau lentera selalu identik dengan tradisi masyarakat Tionghoa. Terutama saat momentum Imlek.

Keberadaannya menjadi simbol budaya yang menjadi tanda pergantian tahun pada kalender Tionghoa. Dahulu, fungsinya sangat urgen sebagai alat penerang pada era sebelum ada lampu.

Tokoh Tionghoa Sulsel Yongris Lao menerangkan bahwa lampion saat sekarang ini umumnya hanya sebagai simbol saja. “Juga sebagai ornamen atau aksesori,” katanya, Jumat, 28 Januari.

Akan tetapi, lampion punya makna tersendiri. Sehingga hingga sampai saat ini masih terus dihadirkan di rumah warga Tionghoa, perkantoran, dan lainnya.

Sejarahnya, lampion digunakan masyarakat Tionghoa untuk penutup obor atau lilin agar apinya tidak mati. Sehingga lampion dipakai kemudian digantung di depan rumah sebagai lampu atau penerang.

Lama kelamaan setelah ada listrik, penerang itu tidak pakai lagi. Namun, lampion tetap dipasang sebagai simbol penerangan.

Makanya keturunan Tionghoa biasa pasang lampion di rumah atau di kantor sebagai simbol penerangan dengan harapan hidupnya bisa diterangi oleh cahaya-cahaya kebenaran dan kebaikan.

“Sehingga kita bisa membedakan mana yang benar dan salah. Kita juga bisa tahu mana jalanan yang harus kita tempuh. Jadi hanya simbol,” katanya.

Mereka juga berharap agar pada tahun baru Imlek hidup bisa lebih terang dan pikiran lebih jernih. “Sebab itu lampion selalu menjadi ornamen di setiap perayaan Imlek,” terang pria yang juga Ketua Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Sulsel itu.

News Feed