Menurutnya ada kemungkinan anggaran tersebut membengkak akibat fasilitas smart yang dimaksud dalam toilet itu.
“Kemungkinan itu yang bikin mahal adalah kelengkapan di dalamnya. Seperti tangki air, mesin air, hingga tangki penampungan tinja yang berteknologi khusus,” terangnya.
Salah satu konstruksi di Pulau Lakkang misalnya, pembangunan smart toilet di wilayah itu memiliki luasan sekitar 8×5 meter, dengan tinggi hingga 5 meter.
Pembangunan tersebut setidaknya bisa menelan anggaran hingga Rp8 juta per meternya.
“Itu tinggal dikali saja. Kemudian ditambah juga dengan PPN-nya, itu tetap bergantung dari besarannya. Begitu hitung-hutingan kasarnya,” urai dia.
Dia menambahkan, anggaran ratusan juta sudah cukup tinggi dengan konstruksi dan fasilitas penunjang di dalamnya.
Penggunaan tegel misalnya, untuk toilet akan lebih banyak karena bisa mencakup dinding kamar mandi, tinggi ruangan, juga lebih masif sebagai bagian dari serkulasi, hingga plafon perlu dibuat khusus.
Sementara itu Anggota Komisi A DPRD Kota Makassar, Irwan Djafar menyebut sejumlah pihak yang terlibat patut dicurigai ikut bermain dalam proyek Smart Toilet.
“Kayak konsultan. Itu konsultan mengecek apakah bangunan sudah sesuai atau tidak. Kalau tidak sesuai, kenapa diterima pada saat itu. Itu perlu dicari, siapa orang-orang yang terlibat. Ada indikasi bagi-bagi proyek,” tandasnya. (Amastasya)
