English English Indonesian Indonesian
oleh

Perempuan-Perempuan Makassar Menurut Pandangan Gervaise

Mereka diajari pula  pekerjaan-pekerjaan di luar rumah, seperti mengambil air, mengambil kayu di hutan, bercocok tanam dan sebaginya. Mereka didik dengan keras, di tangan Agguys selalu tersedia rotan dan rotan kecil pendek yang menurut Gervaise beberapa buah rotan yang panjangnya sejengkal dan diikat lalu dijepitkan ke tangan anak-anak yang melanggar aturan. Di Bugis alat ini disebut paccipiq atau passipiq dalam bahasa Makassar. Gervaise menyebut bahwa laki-laki Makassar memiliki rasa setia kawan yang tinggi, tapi mereka sangat temperamental, mereka cepat emosi, tapi secepat itu pula reda dan meminta maaf bilamana menyadari bahwa itu adalah kesalahannya, sebaliknya bila mereka menyadari dalam posisi yang benar dan menyangkut penghinaan maka nyawa pun ia rela korbankan.

Hari pasar berlangsung di sebuah alun-alun, yang berlangsung dua kali sehari, yaitu pada pagi hari dan sore hari. Pada hari pasar, perempuanlah yang menguasainya, mulai dari distribusi bahan jualan sampai ke penjualan semua dilakukan oleh perempuan. Pada hari pasar itu, menurut Gervaise adalah hari bagi perempuan, mulai dari anak-anak, gadis-gadis, berdatangan dari berbagai kota dan desa membawa barang dagangannya, sementara yang lain datang untuk berbelanja. Bagi laki-laki sangat pantang dan memalukan untuk datang ke pasar yang dianggap itu adalah wilayah publik perempuan, kalau ada laki-laki yang berani datag ke pasar maka itu dianggap aib, sangat tercela, dan jadi bahan ejekan bahkan tidak jarang dilempari batu.

News Feed