English English Indonesian Indonesian
oleh

The Main Tak Lagi The Main

Oleh : SUNTONO, Kepala BPS Provinsi Sulawesi Selatan

Dinamika di era disrupsi bergerak sangat cepat. Dunia yang penuh dengan gejolak, ketidakpastian, permasalahan yang kompleks, dan penuh dengan ambiguitas (vuca), memaksa semua entitas segera beradaptasi. Hanya ada dua pilihan dan hanya dua, adaptasi atau mati. Agility dalam bertransformasi menjadi kata kunci.

Transformasi memerlukan kolaborasi dalam rangka membangun fondasi juga efisiensi. Dengan berkolaborasi akan memberikan penguatan dalam penetrasi nilai. Dan pada tahap selanjutnya penetrasi dalam menginterusi nilai diperlukan upaya untuk mengoskestrasi potensi. Perluasan cakupan dalam mengoptimalisasi potensi membutuhkan berbagai opsi. Dinamika semacam inilah yang menyebabkan keutamaan yang melekat pada institusi tidak dapat lagi diandalkan, apalagi didewa-dewakan (“the main” is no longer “the main”).

Apa Itu “The Main”

Dalam konteks ini “the main” adalah otoritas, keutamaan, sumber utama, bisa juga diartikan kewenangan, dan istilah serupa lainnya. Dalam banyak hal otoritas membuat organisasi menjadi kurang perform, tidak tahan guncangan, dan telat beradaptasi karena nyaman dalam balutan keistimewaan. Pada masa lalu “the main” sangat diandalkan demi kelangsungan organisasi atau unit usaha.  Sampai tiba masanya banyak orang gagal paham dengan  perkembangan yang sangat pesat dan mendisrupsi seluruh lini kehidupan.  Kemajuan teknologi mengajarkan kepada manusia bahwa “the main” tidak lagi dapat diandalkan menjadi “the main”. Hampir semua unit usaha apapun bentuk dan jenisnya tidak terkecuali dengan institusi pemerintah sekalipun gagap dalam menyikapi perubahan yang sedang terjadi.

News Feed