Kami pun bubar. Di pintu, beberapa ibu-ibu beranjak mendapatkan air mineral yang dari awal salat ditempatkan di sisi kiri Imam, Abdur Rohman. Sebagian di hadapan para hafiz. Air itu telah ditiup sebagai berkah bacaan-bacaan Alquran.
Saya pun beranjak pulang. Di depan pintu, seorang ibu meminta, “Pak, bisa dikasihka sedikit air-Ta. Itu ponakan-Ta, nakal-nakal. Susah bangun. Malas mengaji.” Saya hanya tersenyum santun, “Maaf, Bu, ini air bekas minumku. Tidak sempat kusimpan di depan saf tadi.” (*)