English English Indonesian Indonesian
oleh

Tarawih di Masjid Yasin, Khatam 30 Juz Satu Malam (2-Selesai)

Nalar itu membuat seolah-olah hilang pegal di pinggang. Akibatnya, tidak terasa, juz ke-22 berhasil dilewati pada pukul 01.03 dinihari.  Di keheningan malam itulah,  ada “rasa” yang sulit dibahasakan. Entah itulah yang namanya ketulusan yang lahir dari latihan untuk  ikhlas bekerja dan beribadah.

Saya terinspirasi untuk memanjatkan doa, “Ya Allah… jika apa yang saya lakukan ini berkenan diberikan pahala, maka dengan segala kerendahan hati, hamba-Mu ini memohon agar keberkahan  berikut pahalanya, saya peruntukkan untuk kesehatan kedua orang tua saya.”

Seolah-olah saya mendapat siraman air di ubun-ubun sehingga tidak ada resa lelah. Justru energi segar muncul, laksana ingin berlari lebih kencang lagi. Dan, saya menengok kakek  78 tahun di sisi kanan saya, masih tegar berdiri dengan mulut komat-kamit mengikuti bacaan imam.

Saya melirik jam, ternyata sudah pukul 04.15 Wita. Kami baru saja merampungkan witir dan akan dilanjutkan dengan khataman saat salat subuh. Kami pun istirahat untuk santap sahur sambil menunggu azan subuh.

Laksana sebuah kemenangan besar, jemaah seisi Masjid Yasin spontan mengucap, “Alhamdulillah…” dan seusai salat subuh berikut khataman 30 juz, tanpa aba-aba, jemaah membentuk saf melingkar. Mereka pun bergantian menyalami imam  semalam suntuk, Ust. Abdur Rohman, lalu bersalaman antarjemaah.

 Adapun kakek 78 tahun tadi,  juga didatangi beberapa jemaah sambil mencium tangannya. Ternyata dia seorang tokoh.  Namanya, H. Mappasawang Daeng Bunga, sepupu satu kali Syahrul Yasin Limpo. Dialah yang membangun masjid tersebut sehingga diberi nama, Masjid Yasin. Diambil dari nama ayahanda Syahrul Yasin Limpo.   

News Feed