Ikhlas: Kebanyakan pedagang takjil melakukan pengolahan bahan baku secara mandiri (produksi rumahan), bahkan ketersediaan bahan bakunya merupakan jeri payahnya sendiri. Mereka penuh semangat, ceria, dan tidak lelah mengolah bahan baku dan memberikan pelayanan yang ramah dan sopan kepada pembelinya. Keikhlasan dan kejujuran berdagang makanan dan minuman membutuhkan kepercayaan ekstra, karena berdampak keselamatan jiwa konsumen, termasuk kehalalannya.
Hal di atas, mengungkapkan bahwa betapa sempit pikiran kita, ketika keuntungan (profit) usaha itu hanya ditakar dengan materi atau uang saja. Kelihatannya kita amat egois, bilamana berdagang (bisnis) hanya berfokus pada tujuan utamanya keuntungan materi. Tidak melihat sisi yang lain, seperti humanistik, altruistik, dan pertanggunjawaban kepada Tuhan. Toh, keuntungan materi pun akan dikonsumsi untuk tujuan kesenagan dan kebahagian.
Tanpa disadari, muamalah perdagangan tersebut telah menghadirkan nilai tambah lainnya selain unsur profit dalam bentuk materi. Ada unsur tidak menzalimi sesama, kebahagian dan kesenangan, keikhlasan, dan pahala kebaikan yang kesemuanya merupakan unsur non materi. Kemungkinan momen Ramadan bulan yang penuh berkah menjadi pemicunya. Tidak tertutup kemungkinan, model berdagang ini akan membumi (diadopsi) karena menghadirkan kemaslahatan di dalamnya. (*)