English English Indonesian Indonesian
oleh

Meja Saksi Sejarah Soekarno-Soeharto di Jl Cenderawasih Itu Masih Ada…

Gurih kaldu tulang dan daging sangat ringan di lidah. Ini seperti oase bagi lidah orang yang jenuh dengan makanan daging berlemak. Lalu, rasa kuah benar-benar menonjolkan cita rasa asli rempah seperti pala yang memberikan sensasi lega pada tenggorokan.

”Makanya, pelanggan bilang sup Cenderawasih ini juga disebut sup obat karena sangat nikmat disantap ketika tubuh kurang fit. Rempah-rempah kami membuat badan terasa hangat,” ungkap Tomo.

Sup Cenderawasih ini seperti candu bagi para penikmatnya. Mayoritas pelanggannya berasal dari lingkungan keluarga pelanggan lama. Turun-temurun seperti kakek yang membawa anak dan cucu, bahkan cicitnya.

Pengolahan sup Cenderawasih tak memakan waktu lama. Hanya 2–3 jam sup bisa rampung. Yang butuh waktu panjang adalah buras. Untuk perebusan, dibutuhkan waktu hingga enam jam. ”Itu belum selesai. Setelah direbus enam jam, tidak boleh diangkat dulu. Ditunggu hingga 6–7 jam lagi agar bisa mengembang. Nanti buras yang dihasilkan padat dan gurih sempurna,” jelas Tomo.

Makassar Doloe

Orang Makassar dikenal begitu gemar makan daging meski wilayahnya dekat dengan pesisir. Jika dirunut sejarahnya, melimpahnya hewan ternak dan buruan memang membuat daging sering disajikan dalam konsumsi harian masyarakat di sana. Ternyata kebiasaan itu bertahan sampai sekarang sehingga banyak kuliner yang menggunakan bahan daging.

Menurut sejarawan Makassar Ilham Daeng Makkelo, dulu orang-orang daerah Sulawesi Selatan merupakan masyarakat agraris.

Itu terjadi sebelum abad niaga, yakni abad ke-15 sampai ke-17. Kehidupan masyarakat agraris tidak bisa jauh dari hewan buruan dan ternak.

News Feed