Pada 9 April 2001, Gus Dur menetapkan Imlek sebagai libur fakultatif atau libur yang berlaku bagi mereka yang merayakannya. Imlek kemudian ditetapkan sebagai hari libur nasional oleh Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri pada 2003.
Bersamaan dengan itu, barongsai juga sudah mulai banyak digaungkan. “Jadi besar sekali jasa Gus Dur bagi etnis Tionghoa karena ia sangat perhatikan toleransi dan pembauran,” terang pria yang juga menjabat Humas Klenteng Xian Ma itu.
Harap Atensi
Ketua Harian Persatuan Liong dan Barongsai Seluruh Indonesia (PLBSI) Makassar Erfan Sutono berharap perhatian pemerintah terhadap barongsai. Minimal seperti Jakarta. Di sana, pemain barongsai diperlakukan betul-betul seperti atlet.
“Dalam artian pembinaan dan pelatihan. Bahkan tunjangan dan sebagainya mereka memang mendapatkan seperti itu. Di Sulsel kita tidak melihat perhatian seperti itu,” kata Erfan yang juga pembina Tim Barongsai Kelenteng Kwan Kong Pare-pare Matakin Sulsel itu.
Selama ini, 100 persen pembelian alat berasal dari donatur. Belum ada bantuan dari pemerintah. Padadal, pemerintah diharapkan ikut berperan. Apalagi, Juli nanti akan ada Pornas di Palembang
PLBSI akan menyeleksi tim untuk berangkat mewakili Sulsel. Sekarang ini , tim sudah gencar berlatih. Sebab, akan ada kejuaraan tradisional dan kejuaraan tonggak yang akan dipertandingkan pada Pornas.
Salah seorang atlet dari Tim Barongsai Kelenteng Kwan Kong Pare-pare Matakin Sulsel, Ricko, mengatakan siap mengharumkan nama Sulsel pada Pornas. Saat ini, ia bersama tim sudah giat latihan.