FAJAR, MAKASSAR – Di balik kemudahan yang ditawarkan teknologi digital, pengguna aplikasi kini menghadapi ancaman serius: penipuan online dan kebocoran data pribadi. Risiko ini tak mengenal latar belakang pendidikan atau profesi. Ini pemaparan tips untuk mengatasinya.
Ir. Erick Irawadi Alwi, S.Kom., M.Eng., MTA, akademisi Universitas Muslim Indonesia (UMI) yang juga pakar forensik digital dan keamanan siber, menegaskan pentingnya literasi digital sebagai langkah utama menangkal ancaman ini. Ia menyampaikan hal tersebut dalam Podcast Harian Fajar yang digelar Rabu, 30 Juli 2025.
“Setiap kali mengunduh aplikasi, kita sering mengabaikan izin akses yang diminta. Padahal dari sinilah celah kebocoran data bisa terjadi,” ujarnya. Ia menyebut, aplikasi yang meminta akses ke galeri, kontak, bahkan mikrofon tanpa alasan yang jelas, bisa jadi pintu masuk bagi pelaku siber.
Erick mengingatkan, praktik penipuan digital kini kian canggih. Salah satu media yang sering disalahgunakan adalah aplikasi pesan populer seperti WhatsApp, yang menjadi target utama untuk mencuri informasi pengguna. “Tanpa disadari, data pribadi bisa dimanfaatkan untuk aksi kejahatan seperti pemalsuan identitas atau penipuan finansial,” tambahnya.
Untuk melindungi diri dari jebakan digital ini, berikut sejumlah tips yang disarankan Erick:
- Teliti izin akses aplikasi sebelum menginstalnya.
- Baca ulasan dan reputasi pengembang di toko aplikasi.
- Hindari mengunduh aplikasi dari sumber tidak resmi.
- Laporkan dan beri ulasan jika menemukan aplikasi mencurigakan, agar pengguna lain lebih waspada.
- Batasi pemberian data pribadi hanya pada platform yang terbukti aman dan memiliki kebijakan privasi yang jelas.
Ia juga menekankan, literasi keamanan digital tak cukup diberikan hanya pada pelajar atau pengguna awam. “Edukasi harus menyentuh semua lapisan, termasuk instansi pemerintahan dan sektor swasta, karena dampak kebocoran data bisa merugikan sistem secara keseluruhan,” tegasnya.