FAJAR, MAKASSAR-Universitas Cokroaminoto Makassar (UCM) mencatat sejarah baru dengan dikukuhkannya Prof. Dr. Ir. Ida Suryani, M.P. sebagai Guru Besar pertama. Pengukuhan ini berlangsung dalam Sidang Senat Terbuka UCM di Hotel Dalton Makassar, Senin (28/7/2025).
Dalam upacara penerimaan jabatan akademik tertinggi tersebut, Prof. Ida Suryani menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Pentingnya Mineral Tanah dan Mikrobiologi Pertanian dalam Menunjang Pertanian Berkelanjutan.”
Guru Besar dalam Bidang Ilmu Mikrobiologi Umum pada Program Studi Teknologi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian UCM ini, dalam orasinya menekankan bahwa pertanian berkelanjutan tidak hanya berfokus pada peningkatan hasil produksi. Lebih dari itu, pertanian berkelanjutan menuntut pendekatan menyeluruh yang mengintegrasikan aspek ekologi, sosial, dan ekonomi secara seimbang.
“Dalam konteks ini, keberadaan mineral tanah serta mikroorganisme menjadi elemen kunci yang menopang kesuburan dan daya produktif tanah dalam jangka panjang,” ujar Prof. Ida Suryani dalam pidato pengukuhan jabatannya.
Acara penting ini dihadiri oleh sejumlah tokoh, antara lain Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah IX Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara (Sultanbatara) Dr. Andi Lukman, M.Si.; Ketua Dewan Pembina Yayasan SARI Sulawesi Selatan Prof. Dr. Basri Hasanuddin, M.A.; Ketua Yayasan SARI Dr. H. Rachmat Hasanuddin, S.E., M.Si.; Ketua Harian Yayasan SARI Sulawesi Selatan Prof. Dr. H.M. Tahir Kasnawi, S.U.; Sekretaris dan anggota Yayasan SARI; para Dekan Fakultas di lingkungan UCM; serta karyawan, mahasiswa, dan undangan.
Prof. Ida Suryani, yang lahir di Soppeng pada 19 Juni 1966, menjelaskan bahwa tingkat kesuburan tanah tidak semata-mata ditentukan oleh jumlah unsur hara makro dan mikro yang terkandung, melainkan juga oleh ketersediaan unsur-unsur tersebut dalam bentuk yang dapat langsung dimanfaatkan tanaman. Ia menambahkan, hubungan interaktif antara mikroba dan mineral tidak hanya mempercepat proses pelapukan mineral, tetapi juga meningkatkan ketersediaan unsur hara penting seperti fosfor, kalium, magnesium, dan besi bagi tanaman.
Putri dari pasangan Drs. H. Tantu Panna, M.S. (alm.) dan Hj. Petta Napa Sinring Dg. Patau (Almh) ini melanjutkan, selain berperan dalam pelarutan mineral, mikroorganisme tanah juga berkontribusi dalam produksi zat pengatur tumbuh, memperbaiki struktur agregat tanah, serta mendukung perkembangan sistem perakaran tanaman. Struktur tanah yang stabil dan ideal, hasil interaksi antara aktivitas hayati dan komposisi mineral yang seimbang, mampu meningkatkan porositas serta daya simpan air tanah. Kondisi ini membuat tanaman lebih adaptif terhadap stres akibat kekeringan dan kerusakan lahan.
“Pendekatan holistik dalam pengelolaan pertanian juga mencakup upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetis, serta memperlakukan tanah sebagai ekosistem yang hidup dan dinamis,” tambah ibu tiga anak dari pernikahannya dengan Drs. H. Muzakkir Amrullah, M.Pd.
Lulusan S-1 (1990), S-2 (1999), dan S-3 (2012) Universitas Hasanuddin ini menyatakan bahwa dengan memahami hubungan timbal balik antara mineral tanah dan mikroorganisme sebagai satu kesatuan yang saling memengaruhi, strategi pengelolaan lahan dapat dirancang secara lebih efektif.
“Identifikasi jenis mineral yang dominan di suatu wilayah dapat dijadikan dasar dalam pemilihan jenis mikroba yang sesuai sebagai inokulan, sementara keberadaan mikroba tertentu juga dapat mencerminkan kualitas mineral serta potensi ketersediaan unsur hara di dalam tanah,” urai Prof. Ida Suryani, yang diangkat dalam jabatan Guru Besar UCM terhitung 1 April 2025.
Prof. Ida Suryani, yang pernah menjabat Wakil Rektor III UCM (2017-2022), Sekretaris UCM (2022-2023), dan saat ini menjabat Wakil Rektor I UCM, mengemukakan bahwa daya tahan lahan terhadap proses degradasi sangat dipengaruhi oleh interaksi biogeokimia antara mineral tanah dan mikroorganisme. Mikroba memiliki fungsi penting dalam menetralkan logam berat, menguraikan sisa-sisa pestisida, serta menyediakan unsur hara, khususnya dalam sistem agroforestri dan praktik pertanian organik. Apabila hubungan ini dikelola secara terpadu dan harmonis, maka sistem tanah akan menjadi lebih stabil, produktif, dan mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim maupun tekanan aktivitas manusia.
“Oleh karena itu, pencapaian pertanian berkelanjutan tidak cukup hanya mengandalkan kemajuan teknologi, melainkan harus diawali dengan pemahaman yang komprehensif mengenai tanah sebagai ekosistem yang hidup dan dinamis. Peran mineral tanah dan mikroorganisme merupakan dua unsur fundamental yang saling bersinergi dalam mendukung kelangsungan produksi pertanian. Pendekatan terpadu yang mengintegrasikan kedua komponen ini menjadi fondasi penting untuk mewujudkan sistem pangan masa depan yang tangguh, efisien, dan berkelanjutan secara ekologis,” tutup alumnus SDN Teladan Kalukuang (1979), SMPN 4 Makassar (1982), dan SMAN 1 Makassar (1985) tersebut. (*/)