Digitalisasi ini juga menjadi batu loncatan untuk agenda yang lebih luas: modernisasi sistem administrasi daerah. Setiap rupiah yang masuk akan mudah dipantau, dikontrol, dan dipertanggungjawabkan. Tidak ada lagi ruang untuk “main belakang”.
Revolusi dari Bawah
Perubahan ini mungkin tampak kecil, selembar stiker QR di meja pedagang tempe, atau sopir pete-pete yang kini membawa ponsel bukan hanya untuk menelepon. Tapi justru di situlah revolusi terjadi: diam-diam, tapi berdampak besar.
Jika berhasil, Makassar bisa menjadi model bagi kota lain: bahwa digitalisasi bukan hanya milik startup atau pusat perbelanjaan modern, tapi milik rakyat di pasar, terminal, dan warung kecil di pinggir jalan.
Sebagaimana ditegaskan Munafri “Teknologi tidak akan menunggu kita. Kita yang harus bergerak mengejarnya.”