Oleh : Roberto, S.E., M.M.
Widyaiswara Ahli Pertama-Pusjar SKMP LAN RI Makassar
Di tengah derasnya arus perubahan global dan disrupsi digital, Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI tidak lagi bisa berdiri sebagai institusi yang sekadar menjalankan pelatihan birokrasi. LAN telah, sedang, dan harus terus bergerak menjadi penggerak utama perubahan: membangun kompetensi aparatur sipil negara (ASN) untuk menjawab tantangan masa depan Indonesia.
Bumi Arung Palakka, tanah para pemberani yang tak lekang oleh zaman, selalu mengajarkan kita tentang siri’ na pace. Sebuah filosofi luhur suku Bugis-Makassar yang bukan sekadar harga diri, melainkan juga semangat pantang menyerah untuk mencapai kemuliaan. Dalam konteks pembangunan bangsa, semangat ini seyogianya juga menjadi pilar bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) di garda terdepan pelayanan publik. Lembaga Administrasi Negara (LAN) Republik Indonesia, sebagai nakhoda pengembangan kompetensi ASN, memiliki peran krusial dalam menanamkan semangat siri’ na pace untuk menghadapi tantangan masa depan yang kian kompleks.
Melampaui Keterbatasan: Jejak Langkah Sang Penentu Arah
Di sebuah baruga (balai pertemuan tradisional) para punna tau (tokoh masyarakat) dahulu sering bermusyawarah, mencari solusi terbaik demi kemajuan kampung. Musyawarah ini tak mengenal sekat suku, strata, atau pandangan. Yang ada hanyalah semangat kebersamaan dan keinginan membara untuk melampaui setiap keterbatasan yang membentang.
Analogi ini relevan dengan perjalanan LAN. Sejak awal berdirinya, LAN telah menjadi pallawa (pembimbing) bagi ASN, mengarahkan mereka untuk terus belajar dan beradaptasi. Namun, dunia yang terus bergerak cepat menuntut LAN untuk tidak hanya menjadi penyelenggara diklat rutin, tetapi juga arsitek transformasi kompetensi yang fundamental.
Mengatasi Keterbatasan Metode Konvensional: Dari Ruang Kelas ke Ekosistem Pembelajaran Adaptif
Dahulu, pelatihan identik dengan ruang kelas, ceramah panjang, dan metode satu arah yang kaku. Namun, di era disrupsi yang bergerak cepat ini, model pembelajaran konvensional semacam itu sudah tak lagi relevan. Kita perlu bergerak melampaui batasan fisik dan pendekatan usang.
Pelatihan yang efektif kini menuntut lebih dari sekadar transfer informasi dari pengajar ke peserta. Dunia yang terus berubah membutuhkan ASN yang adaptif dan proaktif, yang mampu belajar secara mandiri dan terus-menerus. Oleh karena itu, LAN harus bertransformasi dari penyelenggara diklat pasif menjadi arsitek ekosistem pembelajaran yang dinamis dan personal. Ini berarti memanfaatkan teknologi untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih fleksibel, menarik, dan relevan dengan kebutuhan individu ASN. Melalui platform digital, modul microlearning, dan analisis data, LAN dapat memastikan bahwa setiap ASN mendapatkan bekal kompetensi yang tepat, kapan pun dan di mana pun.
Transformasi Digital: Menerima Angin Perubahan
Pandemi COVID-19 adalah tampo (badai) yang memaksa kita semua untuk berlayar di lautan digital. Bagi ASN, ini berarti adaptasi cepat terhadap sistem kerja yang serba daring, layanan publik berbasis digital, hingga pengambilan keputusan yang didukung data. LAN telah menunjukkan geliatnya dengan inovasi pelatihan e-learning dan pengembangan platform digital. Namun, melampaui keterbatasan berarti memastikan bahwa literasi digital ASN tidak hanya sebatas penggunaan aplikasi, melainkan juga pemahaman mendalam tentang keamanan siber, analisis data, dan etika digital. LAN harus beralih ke ekosistem pembelajaran adaptif, yang memadukan e-learning, blended learning, dan microlearning yang personal. Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dapat merekomendasikan jalur pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu ASN, menjadikan proses belajar lebih efisien dan relevan. Dengan semangat mattellu tellung (belajar terus-menerus) dalam adat Bugis-Makassar, di mana pengetahuan tidak pernah berhenti dicari.
Rintangan Birokrasi: Merajut Koneksi yang Lebih Kuat
Layaknya appalili (aktivitas gotong royong) saat menanam padi, kolaborasi adalah kunci. Birokrasi yang cenderung kaku seringkali menjadi salo (penghambat) inovasi. LAN memiliki potensi besar untuk berperan sebagai jembatan penghubung berbagai instansi, mendorong kerja sama lintas sektor, dan menciptakan ekosistem pembelajaran yang inklusif. Ini berarti merancang program yang tidak hanya berorientasi pada peningkatan individu, tetapi juga pada penguatan kapabilitas tim dan organisasi secara menyeluruh.
Mindset Lama: Membuka Pintu Kreasi
Orang Bugis-Makassar punya pepatah, “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.” Ini mengajarkan kita untuk adaptif dan inovatif. Sayangnya, tidak sedikit ASN yang masih terbelenggu pola pikir lama, resisten terhadap perubahan. LAN, melalui program kepemimpinannya, harus menjadi parawansa (pencerah) ang menumbuhkan kepemimpinan adaptif dan pola pikir tangkas di kalangan ASN. Ini bukan hanya tentang pengetahuan teknis, tetapi juga tentang membentuk karakter ASN yang berani mengambil risiko terukur, proaktif, dan selalu mencari cara baru untuk memberikan pelayanan terbaik.
Mewujudkan Kompetensi ASN Masa Depan: Pondasi Kemajuan Bangsa
Di dataran tinggi Toraja, tongkonan (rumah adat) lebih dari sekadar struktur fisik; ia adalah simbol identitas, persatuan, dan kemandirian. Kompetensi ASN masa depan harus dibangun di atas fondasi yang kokoh, seperti tongkonan, di mana setiap elemennya saling menopang untuk meraih visi bersama: kemajuan bangsa.
Kompetensi Digital: Menjelajahi Samudra Data
Masa depan adalah era data. ASN harus mampu tidak hanya mengumpulkan, tetapi juga menganalisis dan menginterpretasi data untuk mendukung perumusan kebijakan yang tepat. LAN perlu fokus pada pengembangan kompetensi data analytics, artificial intelligence (AI) literacy, dan cyber security awareness. Ini berarti bukan hanya kursus pengenalan, tetapi program mendalam yang memungkinkan ASN menjadi digital native sejati dalam konteks birokrasi.
Kompetensi Kolaboratif dan Lintas Sektoral: Merajut Benang Persatuan
Kompleksitas masalah publik saat ini tidak bisa diselesaikan oleh satu instansi saja. ASN masa depan harus menjadi kolaborator ulung, mampu bekerja sama lintas sektor, lintas kementerian/lembaga, bahkan dengan pihak swasta dan masyarakat sipil. LAN dapat memfasilitasi ini melalui program cross-functional training, project-based learning yang melibatkan multi-stakeholder, dan pengembangan network profesional yang kuat di antara para ASN.
Kompetensi Inovasi dan Pemecahan Masalah: Menjadi Pintu Perubahan
Semangat mappatabe (berinovasi) adalah bagian tak terpisahkan dari karakter masyarakat Sulawesi Selatan. ASN harus menjadi innovator yang berani mencari solusi kreatif untuk permasalahan publik, bukan hanya mengikuti prosedur yang ada. LAN perlu mendesain program yang merangsang critical thinking, design thinking, dan problem-solving skills. Menciptakan innovation lab atau sandbox di lingkungan ASN yang didukung oleh LAN bisa menjadi langkah strategis.
Kompetensi Kepemimpinan Adaptif dan Etika Publik: Nahkoda Berintegritas
Seorang anakara (pemimpin) di masa lalu tak hanya cerdas, tetapi juga memiliki integritas tinggi dan mampu membaca tanda-tanda zaman. ASN masa depan, terutama para pemimpin, harus memiliki adaptive leadership yang mampu memandu timnya di tengah ketidakpastian, serta etika publik yang kokoh. LAN harus mengintegrasikan nilai-nilai integritas, akuntabilitas, dan pelayanan prima dalam setiap aspek pengembangan kompetensi. Filosofi lempu’ (kejujuran) dan getteng (keteguhan) yang dipegang teguh masyarakat Sulawesi Selatan harus menjadi landasan moral bagi setiap ASN.
LAN Sebagai Panyambung Tallu: Menghubungkan Masa Lalu, Kini, dan Nanti
Dalam tradisi Bugis-Makassar, terdapat konsep panyambung tallu, yakni penghubung tiga generasi. LAN memiliki peran serupa: menghubungkan warisan nilai-nilai luhur dengan tantangan masa kini, untuk membangun masa depan ASN yang lebih kompeten dan berintegritas.. Ini berarti LAN harus:
- Mengintegrasikan Kearifan Lokal: Nilai-nilai seperti siri’ na pace, lempu’, getteng, mappatabe, dan appalili dapat diinternalisasi ke dalam kurikulum pengembangan kompetensi ASN, tidak hanya sebagai teori, tetapi sebagai praktik nyata dalam pelayanan publik.
- Menjadi Pusat Inovasi: LAN perlu menjadi hub bagi eksperimen dan inovasi dalam tata kelola pemerintahan, dengan mendorong ASN untuk menjadi change maker.
- Membangun Jaringan Kolaborasi Global: Belajar dari praktik terbaik negara lain dan berkolaborasi dengan institusi global untuk menghadirkan pengetahuan dan keahlian terkini bagi ASN.
- Menjadi Pembentuk Karakter: Lebih dari sekadar keterampilan teknis, LAN harus berinvestasi pada pembentukan karakter ASN yang berintegritas, melayani, dan memiliki visi ke depan.
Referensi :
Ansell, C., & Gash, A. (2008). Collaborative governance in theory and practice. Journal of Public Administration Research and Theory, 18(4), 543-571.
Chen, Y. C., & Hsieh, J. Y. (2020). Digital transformation and public administration: A systematic review of the literature. Government Information Quarterly, 37(4), 101509.
Daraba, D. (2015). Nilai-nilai Budaya Lokal dalam Birokrasi Pemerintahan (Studi Kasus pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan). Jurnal Ilmu Administrasi Negara, 15(2), 150-165.
Dwivedi, Y. K., Ismagilova, E., Hughes, D. L., Carlson, J., Filieri, R., Rana, N. P., … & Raman, R. (2021). Artificial intelligence (AI) applications in public sector: A systematic review of the literature. International Journal of Information Management, 57, 102231.
Hautala, T., & Jauhiainen, A. (2014). Learning at work: The role of active learning in competence development. Journal of Workplace Learning, 26(3), 162-177.
Koubi, G. (2012). Housing and Social Change in Toraja: The Tongkonan as an Enduring Symbol. International Journal of Heritage Studies, 18*(3), 263-278.
Menzel, D. C. (2015). Ethics and public administration. In Handbook of Public Administration (pp. 637-650). CRC Press.
Rahim, R. (2012). Siri’ na Pace: The Moral Foundation of Bugis-Makassar People. Journal of Southeast Asian Studies, 43(1), 123-140.
Schuppan, T. (2009). E-Government in developing countries: Experiences from sub-Saharan Africa. Government Information Quarterly, 26(1), 118-127.