FAJAR, MAKASSAR— Kejang pada anak sering kali membuat orang tua panik. Namun, penting untuk memahami bahwa tidak semua kejang disebabkan oleh demam atau cedera.
Dalam beberapa kasus, kejang yang berulang tanpa sebab yang jelas, bisa menjadi tanda epilepsi. Suatu kondisi neurologis yang memerlukan penanganan medis. Tak hanya dialami orang dewasa, tetapi juga rentan dialami anak.
Dampaknya, bisa mengganggu perkembangan otak anak. Dokter Spesialis Saraf, dr. Arie Khairani, Sp.N, Subspesies. Ped(K), mengatakan epilepsi berbeda dengan kejang pada populasi umum yang biasanya dipicu oleh faktor eksternal seperti demam tinggi, trauma kepala, perdarahan otak, atau gangguan metabolik. Penderita epilepsi bisa mengalami kejang tanpa faktor pencetus yang jelas.
“Kalau orang dengan epilepsi, kejang bisa muncul tanpa adanya pemicu seperti yang umum ditemukan, misalnya gangguan elektrolit atau gula darah,” jelasnya.
Hal inilah kata dr. Arie, yang membedakan epilepsi dari kejang biasa akibat kondisi sementara. Epilepsi dapat dialami oleh siapa saja, dari bayi hingga lanjut usia. Namun, pada anak-anak, penyebabnya biasanya berbeda dibandingkan orang dewasa.
Pada anak, epilepsi bisa disebabkan oleh faktor genetik atau kelainan bawaan saat lahir ataupun demam tinggi. Sedangkan pada orang dewasa, penyebab umum meliputi stroke atau cedera otak.
“Anak-anak mengalami epilepsi dalam jumlah yang cukup signifikan. Apalagi jika terdapat kelainan bawaan lahir yang menyebabkan perkembangan otaknya tidak optimal,” ucapnya.