Oleh: Muhammad Syarkawi Rauf (Ketua KPPU RI 2015 – 2018/ Chairman ASEAN Competition Institute – ACI)
FAJAR, MAKASSAR – Ekosistem digital nasional diwarnai oleh persaingan harga antar penyedia platform digital, khususnya bisnis jasa pengantaran orang, barang dan makanan. Salah satu dari dua pemain besar, yaitu Grab dan GoTo berpotensi menetapkan harga serendah-rendahnya untuk memperbesar market share.
Persaingan antara Grab, perusahaan yang didirikan di Malaysia dengan GoTo yang merupakan karya anak bangsa mengarah pada praktik predatory pricing. Dimana, salah satunya didukung modal asing besar berpotensi melakukan praktik jual rugi untuk menghambat pesaing baru masuk pasar, sekaligus mengusir pesaing dari pasar.
Fenomena serupa terjadi dalam eksosistem mobil listrik (electric vehicle) di China yang didominasi oleh BYD dengan penguasaan pasar sekitar 30 persen. BYD menjual produknya dengan harga sangat rendah.
Diskon harga produk BYD yang sangat besar berdampak pada pertumbuhan penjualan BYD menjadi 31 persen hingga semester pertama 2025. Hal ini berdampak pada penjualan BYD yang mencapai 2,1 juta unit, yaitu separoh dari total penjualan mobil listrik dan mobil hybrid di China.
Price war yang dipelopori BYD dengan harga sangat rendah dalam ekosistem mobil listrik China akan mematikan produsen mobil listrik skala kecil hingga menengah. Fenomena ini dapat mengganggu ekosistem mobil listrik China secara keseluruhan.
Penerapan harga diskon oleh BYD, pada awalnya dimaksudkan untuk meningkatkan permintaan konsumen yang mengalami pelambatan dalam empat tahun terakhir di China. Diskon harga juga didorong oleh over supply mobil listrik BYD di China setelah dalam beberapa tahun terakhir mengalami ekspansi.